Hari Bahasa Ibu Angkat Derajat Para Penderita Tuna Rungu
BNews—MUNTILAN— Gerakan Kesehjateraan Tuna Rungu Indonesia(Gerkatin) Cabang Kabupaten Magelang menggelar seminar nasional dalam rangka hari bahasa ibu pagi tadi (21/2). Bertempat di Aula Perpusda Muntilan Semina Nasional ini menghadirkan dua nara sumber Nasional yakni Surya Sahetapy aktivis Tuli Indonesia dan Laura LesmanaWijaya Ketua Pusat Bahasa Isyarat Indonesia.
Seminar Nasional Pengenalan Hak dan Budaya Tuli ini mengangkat tema “Kami Tidak Bodoh, Kami Hanya Tidak Mendengar”. Acara meriah ini dihadiri 200 orang pegiat tuli dan pengurus Gerkatin se Jawa Tengah.
Ketua Panitia sekaligusPengurus Gerkatin Kabupaten Magelang menerangkan bahwa acara ini baru pertama kali kami adakan di Magelang.”Acara ini bertujuan untuk memperingati hari bahasa ibu internasional yang jatuh pada tanggal 21 februari kemarin,” katanya.
Sementara perwakilan Pj Bupati Magelang yakni Asistenn III Pemkab Magelang, Endra Endah Wacana menerangkan bahwa tidak ada satupun orang menghendaki terlahir dalam kondisi tidak sempurna.”Namun hal ini tentunya tidak harus adanya penolakan oleh keluarga maupun masyarakat, merekat tetap sama dalam memperoleh Hak dan Kewajiban,” katanya dalam kutipan sambutannya.
“Negara juga menjamin kelangsungan hidup mereka selayaknya warga Negara lain, karena mereka memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan HakAsasi Manusia sebagai warga Negara Indonesia,” imbuhnya.
Perlu diketahui bersama bahwa pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas termasuk tuna rungu.”Undang-undang ini agar terwujudnya kesamaan hak dan kesempatan bagi penyandang disabilitas menuju kehidupan yang sejahtera, mandiri, dan tanpa diskriminasi,” paparnya.
Disampaikan jika jumlah penyandang disabilitas di Kabupaten Magelang ada 9.009 orang. Sebanyak 1.396 orang diantaranya penyandang tuli. Mereka terdiri dari anak 224 orang dan dewasa 1.172 orang.
“Kami yakin belum semua penyandang tuli memahami bahasa isyarat. Untuk itu kami berharap kehadiran gerkatin di Kabupaten Magelang dapat memberikan kontribusi untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya memahami bahasa isyarat,” tandasnya.
Sementara salah satu nara sumber nasional yakni Surya Sahetapy menambahkan jika dalam keluarganya terdapat empat orang yang menyandang tuli seperti dirinya. Namun begitu, dirinya tidak pernah malu.
“Saya tidak pernah malu, karena kita semua saudara. Saya berani karena keluarga juga mendukung dan tidak pernah malu menerima saya apa adanya,” pungkasnya. (bsn)