BNews–MUNGKID– Perawakannya tinggi besar. Untuk ukuran pelajar yang baru kelas V SD, dia kelihatan bongsor. Sekilas dia nampak sama dengan anak pada umumnya. Ceria. Senang bermain juga.
Perbedaan baru terlihat jika diajak bicara. Ya, bocah kelahiran 30 Oktober 2005 itu memiliki keterbatasan tuna rungu. Tak bisa mendengar sejak kecil.
Namanya, Udana Maajid Pratista. Saat ini dia masih bersekolah di SLB/B Karnna Manohara, Yogyakarta kelas 5 A. Bersama kedua orang tuanya hidup sebuah kos kos-an di Yogyakarta. Dekat sekolahnya.
Kedua orang tuanya harus meninggalkan rumah asli mereka di Dusun Bedogan Desa Gondowangi Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang. Demi anaknya dapat mengemban pendidikan khususnya.
Udana memiliki cita cita menjadi penulis. Dia ingin membuat karya sebuah buku tentang Tuli supaya orang lain bisa mengetahui dunia Tuli dari karyanya. Hobinya menggambar, memasak dan membaca dengan harapan mampu mendukung cita citanya nanti.
“Menjadi Tuli bukanlah hambatan untuk belajar dan berkarya, Tetap semangat dan rajin membaca itu motto hidupnya,” ungkapnya seperti diartikan oleh ayahnya Agung Prastyana, 45 saat berbincang dengan Borobudur News pagi tadi di Amata Borobudur Resort (13/2).
Dahulu awalnya Udana berkomunikasi dengan membaca gerak bibir dan dibantu dengan alat bantu dengar. “Namun pola komunikasinya banyak menemui hambatan, sehingga sering salah paham dengan ibunya,” imbuh Agung.
Dengan keadaan seperti itu mau tidak mau orang tuanya mengalah dan berusaha lebih memahami. Udana juga sering membaca buku tentang disabikiyas, hasilnya dia mengetahui Kenapa tuna netra boleh memakai braille, tetapi Tuli tidak boleh memakai isyarat.
Dengan pengetahuan tersebut ibunya akhirnya belajar bahasa isyarat di sekolahan khusus tuna rungu. “Tidak hanya ibunya saja, bahkan kedua adik Udana juga ikut belajar sehingga komunikasi dirumah bisa terjalin dengan baik,” ungkap ayahnya yang berkerja sebagai staff biro sebuah media di Magelang.
Udana anak yang cerdas dan kreatif. Dengan wajah lugu dan polos serta sesekali bertingkah lucu layaknya anak-anak jiwa percaya dirinya semakin kuat.
Karena bakatnya istimewa Udana dengan salah satu temanya sesama Tuna Rungu yang bernama Yusi yang berasal dari Pontianak akan mewakili Indomesia di ajang Internasional. Dia akan mewawikili di ajang Children Camp yang diadakan World Federation Deaf Youth Section (WFDYS) di Argentina.
“Mereka terpilih oleh sebuah komunitas yakni Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tuli Indonesia) pada 8-14 April 2018 mendatang untuk ke Argentina,” jelasnya.
Untuk WFDYS sendiri adalah organisasi Tuli internasional khusus kepemudaan. WFDYS berkegiatan sejak 1987, sayangnya Indonesia belum pernah sekali pun mengirimkan wakilnya ke sana.
Dan kali ini Indonesia harus mengirimkan perwakilannya, yakni Udana dan Yusi. Mereka akan belajar memperjuangkan hak-hak masyarakat Tuli serta pendikan kepimimpinan komunitas tuna rungu.
“Disana mereka bisa berinteraksi dengan anak-anak Tuli dari banyak negara lain, Melalui interaksi itu, Udana dan Yusi bisa mengambil banyak pelajaran dalam memperjuangkan hak-hak Tuli dari banyak negara,” papar Agung Prastyana.
“Artinya, kehadiran Udana dan Yusi ke WFDYS tak hanya tentang mereka berdua. Kedatangan Udana dan Yusi ke WFDYS adalah untuk terus merawat dan memperjuangkan hak-hak masyarakat Tuli di Indonesia,” tegasnya.
Perjuangan Udana dan Yusi menuju WFDYS masih menemui jalan terjal. “Biaya mengikuti WFDYS pada 8-14 April 2018 di Argentina sama sekali tak sedikit,” terang Agung.
Mereka masih butuh bantuan dari semua pihak.”Dan jika ada donatur yang akan membantu atau berdonasi bisa melalui Komunitas Gergatin,” tandas Agung.
Untuk donasi bisa kontak Gergatin di emaip [email protected] . Atau nksa menghubunhi aWhatsApp/SMS ke nomor: 08111907190 atau 081210440527. (bsn)