Bukan PSBB, Ganjar Sarankan Kota Semarang Terapkan Jogo Tonggo
BNews—SEMARANG— Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terus berupaya menekan laju penularan dan penurunan kasus covid-19 di wilayahnya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan gerakan ’Jogo Tonggo’ yang mulai efektif berlaku Senin (27/4) besok.
Walikota Semarang Hendrar Priadi menuturkan, gerakan Jogo Tonggo berbasis tiap rukun warga (RW). Yang akan mendapatkan support dari 48 tim patroli gabungan di pos pantau Jodo Tonggo.
”Sementara Sabtu dan Minggu besok dimanfaatkan untuk persiapan dan sosialisasi ke masyarakat. Hari Senin gerakan itu kita berlakukan,” tuturnya usai mengikuti rapat bersama Gubernur Jateng Ganjar Pranowo beserta bupati dan walikota di Semarang Raya, Jumat (24/4).
Hendi mengatakan, dengen pemberlakuan Jogo Tonggo ditingkat kelurahan dipersilakan melakukan karantina wilayah dengan portal. Bila tidak, bisa memanfaatkan bambu atau sebagainya.
”Saat ini kami juga sudah melaksanakan sistem lumbung pangan kelurahan, meskipun basis kegiatannya ada di tingkat RW. Tapi ini sudah ready (siap),” katanya.
Pemberlakuan Jogo Tonggo tersebut nantinya bakal mendapat support penuh dengan keberadaan pos pantau. Total ada 16 pos pantau yang disiapkan Pemkot Semarang. Dimana, setiap satu pos pantau akan dijaga oleh tiga tim.
”Kita menaruh 16 pos pantau, delapan pos ditaruh di perbatasan dengan wilayah lain, delapan pos pantau di kota. Yang setiap pos pantau ada tiga tim patroli. Anggotanya TNI-Polri, Dishub, Satpol-PP dan tenaga kesehatan. Total ada 48 tim patroli,” katanya.
Baca juga: Ganjar Pastikan Bakal Tutup Pasar dan Pabrik yang Tida Terapkan Protokol Kesehatan
Hendi menjelaskan, pilihan pemberlakukan Jogo Tonggo merupakan hasil konsultasi dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Ia intensif berkonsultasi kemungkinan pemberlakuan PSBB atau tidak. Mengingat, perkambangan saat ini, jumlah kasus covid di Kota Semarang yang terbesar di Jateng.
”Sudah kami rapatkan Perwalkot pembatasan wilayah non-PSBB yaitu dengan model Jogo Tonggo. Dasarnya semangat kondisi tanggap bencana yang nanti akan mengatur tempat kerja, usaha, pendidikan dan kegiatan masyarakat,” jelas Hendi.
Sementara itu, Ganjar berharap dalam pemberantasan covid ini jangan sampai membiarkan tenaga medis jadi benteng terdepan. Seharusnya, masyarakat yang mestinya menjadi garda terdepan dengan bersenjatakan air mengalir, sabun dan masker. Dan menerapkan strategi inti, tetap tinggal di rumah serta jaga jarak.
”Basisnya desa atau kampung. Kenapa? Ruang yang lebih kecil bisa kita lakukan kendali yang lebih manageble. Kalau kita mau tetapkan PSBB, sudahkah kita menghitung dan siap? Kalau belum, kita latihan dulu dengan melakukan tindakan seperti PSBB,” terangnya.
”Pasar mulai kita ubah mulai besok. Yang ke sana harus cuci tangan, wajib pakai masker, kalau tidak suruh pulang,” imbuh Ganjar.
Diketahui, saat ini total pasien terkonfirmasi covid di Kota Semarang sebayak 148 dengan total sembuh 50 orang. Sementara 29 pasien meninggal terdiri dari 21 orang merupakan warga Semarang serta depalan orang warga luar kota. (lhr/han)