Detik detik Talud Ambrol yang Nyaris Seret Warga di Mungkid
BNews—MUNGKID—Sebuah talud di Kali Pabelan sepanjang kurang lebih 30 meter, longsor, semalam (30/11) sekitar pukul 18.45 WIB. Akibatnya, sebuah rumah di Dusun Tangkilan, Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang terancam amblas ke dasar kali.
Seorang pemilik rumah, Supriyanto, 64, juga mengaku nyaris menjadi korban saat talud longsor terjadi. Meski tidak ada korban jiwa, namun korban menaksir kerugian meteriil mencapai lebih dari Rp 70 juta rupiah.
Pantauan BorobudurNews di lokasi peritistiwa, rumah Supriyanto terletak tepat di atas talud longsor. Rumah besar tersebut menjadi satu dengan bisnis kuliner Rumah Makan Purnomo di bagian depan.
”Talud longsor kurang lebih 30 meter dengan lebar dua meter. Berjarak beberapa sentimeter dari rumah saya bagian belakang,” kata Supriyanto saat ditemui bersama warga yang tengah melakukan kerja bakti, Minggu sore, (1/12).
Beberapa warga terlihat memunguti barang berharga yang terseret longsor hingga bibir kali. Untuk menghindari longsor susulan, korban berinisiatif menutupi talud dan tebing dengan kain terpal.
Supriyanto menjelaskan, kronologi bermula ketika hujan dengan intensitas tinggi mengguyur Kecamatan Mungkid dan sekitarnya sejak pukul 15.30 WIB, kemarin. Hujan yang tidak kunjung berhenti hingga malam membuat korban penasaran untuk mengecek debit air Kali Pabelan yang terletak di belakang rumah.
”Setelah pulang salat dari masjid, saya langsung turun ke talud. Sekitar pukul 18.45 WIB saya mendengar gemuruh dan merasakan tanah bergerak. Saya berusaha lari naik tetapi tidak sempat. Akhirnya saya ikut terseret longsor hingga ke bawah,” kenang kakek satu cucu itu.
Merasa nyawanya terancam, korban berteriak minta tolong. Anaknya, M Irfan, 33 yang sedang berada di ruang tengah berbegas berlari menuju sumber suara. Betapa kaget ketika Irfan melihat ayahnya bersama puluhan burung lovebird, pot berisi tanaman hias hingga pohon jeruk amblas ke dasar bibir kali.
”Saya langsung menolong ayah menggunakan tali dan mencoba menyelamatkan barang berharga lainnya,” kata Irfan. Imbuhnya longsor juga merusak bangunan garasi hingga kamar mandi.
Irfan mengaku, sudah merasakan tanda-tanda tidak beres. Sebab, Pascarampungnya pembangunan bendungan yang bersebelahan dengan Kolam Renang Tirto Aji, alat berat beghoe mulai mengeruk tanah di tengah Kali Pabelan sedalam lima meter. Akibatnya, bidang tanah di rumahnya berangsur mulai menurun. Bahkan, Supriyanto berupaya menambal tanah yang berangsur menurun itu.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS GRATIS (KLIK)
”Secara teori kami khawatir, tanah di pinggir kali (di bawah talud) akan lari ke tengah sehingga menjadikan tanah rumah turun dan talud akhirnya roboh,” papar pria yang juga berdinas di Polres Magelang itu.
Bukan itu saja, talud yang dibangun pemerintah dinilai tidak sempurna lantaran hanya membangun dengan ketinggian lima meter saja. Guna mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, pihaknya lantas berinisiatif menambah ketinggian talud tiga meter lebih sepanjang 30 meter dengan biaya pribadi.
”Kami habis lebih dari Rp 70 juta rupiah hanya untuk penyempurnaan talud,” bebernya.
Ia menceritakan, sebelum ada talud, sebesar apapun aliran air hingga banjir menerjang Kali Pabelan, tanah di rumahnya tidak mengalami masalah. Namun semenjak dibangun talud, malah terjadi bencana longsor.
”Kalau diberi pilihan kami meminta dikembalikan seperti semula, air bisa los mengalir tidak seperti sekarang seperti penampungan air bendungan,” pintanya. (han)
up