BNews-NASIONAL — Kementerian Transmigrasi (Kementrans) Indonesia mengarahkan perhatiannya pada keberhasilan relokasi massal di Tiongkok sebagai bahan pembelajaran strategis.
Salah satu proyek relokasi terbesar adalah pengalihan 1,3 juta penduduk di Kota Yichang, Provinsi Hubei, yang terdampak pembangunan Bendungan Tiga Ngarai.
Kini, kawasan hasil relokasi tersebut telah berkembang menjadi Desa Transmigrasi mandiri dengan sektor pertanian, industri rumah tangga, dan pariwisata yang tumbuh pesat.
Menteri Transmigrasi, M. Iftitah Sulaiman Suryanagara, menyatakan bahwa kunjungannya ke Desa Xu Jia Chong, Tiongkok, pada Senin (13/10) menjadi pintu masuk untuk belajar langsung dari proses transformasi yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
“Kami belajar banyak dari proses pembangunan ini, terutama bagaimana relokasi sekitar 1,3 juta penduduk dapat dilakukan dengan baik. Pagi tadi kami sempat berkunjung ke beberapa desa transmigrasi dan berbincang dengan kepala desa. Namun, mereka sempat khawatir tentang pekerjaan dan kualitas hidup setelah relokasi,” ujar Iftitah dalam keterangannya, Selasa (14/10/2025).
Dia menyoroti bagaimana pemerintah Tiongkok menanggapi kekhawatiran warga melalui pelatihan dan pendampingan berkelanjutan agar masyarakat bisa beradaptasi dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Dia mencontohkan bahwa dalam banyak kasus, pendapatan masyarakat meningkat hingga delapan kali lipat dibanding sebelum relokasi.
CEK BERITA UPDATE LAINNYA DISINI (KLIK)
Menurut Iftitah, Yichang bukan sekadar contoh relokasi paksa, melainkan transformasi sosial-ekonomi yang berhasil mengangkat masyarakat keluar dari zona kemiskinan menjadi komunitas yang mandiri dan produktif.
Pendidikan, infrastruktur, dan industri rumah tangga menjadi pilar utama pembentukan kawasan transmigrasi maju. Produk kerajinan warga relokasi bahkan telah mampu menembus pasar ekspor.
Untuk menerapkan pelajaran dari Yichang ke Indonesia, Iftitah menegaskan bahwa pendekatan relokasi tidak boleh semata memindahkan warga. Fokus utamanya adalah agar masyarakat merasakan manfaat pembangunan secara langsung tanpa efek penggusuran.
“Kami tidak ingin lagi terjadi penggusuran, tetapi memastikan bahwa hasil pembangunan benar-benar dirasakan oleh masyarakat sekitar. Program transmigrasi diharapkan tidak memindahkan warga terlalu jauh dari lokasi pembangunan, agar manfaatnya tetap terjaga,”
ungkapnya.
Kementrans berencana memulai adopsi model pemberdayaan seperti yang diterapkan di Yichang, khususnya di kawasan transmigrasi Indonesia timur seperti Papua. Rencananya termasuk kolaborasi antara investor asing, pemerintah daerah, dan masyarakat setempat.
“Kami juga mencatat adanya pertumbuhan sektor pertanian, seperti jeruk dan teh, serta penguatan industrialisasi pada sektor industri rumah tangga. Beberapa hasil kerajinan tangan para transmigran bahkan sudah mencapai skala ekspor,” tambah Iftitah mengenai aspek yang akan dipelajari lebih lanjut.
Meski demikian, tantangan besar tetap menunggu: data dan riset mendalam dibutuhkan agar model relokasi-transmigrasi yang diadaptasi benar-benar efektif. Iftitah mengatakan bahwa pembangunan harus berbasis potensi lokal dan dikawal dengan kebijakan yang berpihak pada warga. (*)