BNews–JATENG– Beragam inovasi di bidang kopi terus menerus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah. Diantaranya adalah gelaran Coffee Festival Jateng Gayeng di The Heritage Palace, Solo pada tanggal 14-16 November 2019 yang dihelat oleh Dinas Koperasi UKM Provinsi Jawa Tengah.
Bukan hanya festival biasa, gelaran ini mempertemukan beragam pegiat kopi dari hulu hingga ke hilir se-Jawa Tengah. Petani, pengusaha, barista, hingga penikmat kopi hadir berkumpul di acara tersebut.
Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin yang hadir saat membuka acara pada Kamis (14/11), memberikan apresiasi yang tinggi kepada Dinas Koperasi dan UKM Jateng untuk gelaran festival yang perdana dihelat. Beliau juga menegaskan bagaimana potensialnya produksi kopi di Jawa Tengah.
“Tercatat ada 32.397,47 ha luas area perkebunan kopi di Jawa Tengah yang menghasilkan produksi kopi sebanyak 1.861,87 ton Arabica dan 20.538,07 ton Robusta.”, ungkapnya.
Selain membuka acara, Wakil Gubernur Taj Yasin berkesempatan mampir di beberapa stand dan mencicipi sejumlah kopi yang ditawarkan. Beliau juga berpesan kepada barista, untuk selalu mengutamakan hospitality dan kualitas kopi.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
Setelah acara pembukaan dan seremoni minum kopi bersama, acara dilanjutkan dengan talkshow bincang bersama pegiat kopi dan pengusaha.
Hadir pula Profesor Sri Mulato yang aktif mengadakan penelitian tentang kopi. Pria dengan julukan Profesor Kopi ini antusias dengan adanya kegiatan festival dan juga branding produk kopi. Namun, dia juga mengingatkan supaya tetap seimbang antara branding dengan produksi.
” Setelah produk terkenal dan banyak permintaan, jangan sampai kita tidak mampu memenuhi. Disini, peran pemerintah juga besar” tambahnya.
Ema Rachmawati, Kepala Dinas Koperasi UKM Jawa Tengah mengemukakan, bahwa festival ini adalah upaya pemerintah tingkat Provinsi untuk bisa memperkuat jejaring para pegiat kopi agar bisa belajar lebih banyak tentang kopi dari hulu sampai hilir.
Dari sisi pengusaha, ada Humas dan Promosi Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Surakarta Sistho A Shrestho. General Manager The Alana itu menjelaskan bahwa kebutuhan rata-rata kopi di hotel yang sangat tinggi.
“Sebagai contoh, revenue di Alana, untuk kopi, bisa mencapai Rp 217 juta per bulan, atau Rp 2,5 miliar per tahun.”
Pada kesempatan tersebut, hadir pula Muhammad Aga, barista kenamaan yang mewakili Indonesia di ajang World Barista Championship 2018 lalu, dia membagikan pengalamannya tentang suka duka menjadi barista sebagai garda depan cermin kualitas kopi nusantara pada level dunia.
Tidak hanya itu, Aga juga mengajak para pegiat kopi dalam acara sarasehan tersebut untuk singgah ke desa Bowongso, Wonosobo melalui film Telusurasa yang ia produseri. Film garapan tim Telusurasa dan Sure Pictures ini menceritakan tentang kehidupan petani kopi di Desa Bowongso.
“Para petani kopi yang merupakan rantai awal dari industri kopi yang kita saksikan tadi adalah petani yang memiliki dedikasi tinggi untuk menjaga kelestarian alam. Karena, tidak hanya berperan sebagai komoditi, kopi adalah bentuk upaya kongkrit atas gagasan konservasi”, jelasnya. (*/bsn)