Kisah Khairul, Korban PHK Sukses Jadi Petani Ubi Beromzet Ratusan Juta
BNews—MAGELANG— Pandemi Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19 menyebabkan banyak orang menyalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Alasannya, pendapatan perusahaan anjlok sehingga tak mampu lagi membayar gaji karyawan.
Tidak sedikit karyawan yang terkena PHK kemudian mengalami stress. Hal ini ternyata juga pernah dirasakan Muhammad Khairul Umam, pria asal Desa Ngepanrejo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang.
Dilansir dari kanal YouTube Cap Capung, Khairul juga merupakan salah satu karyawan yang di-PHK karena pandemi. Hal itulah yang membuatnya memutuskan pulang kampung dan menjadi petani ubi madu. Hanya tiga bulan menjadi petani ubi madu, Khairul dan teman-temannya bisa mengekspor ubi ke berbagai negara.
Sebelum menjadi petani, Khairul bekerja di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Namun setelah di-PHK, ia pulang kampung ke Magelang. Tak butuh waktu lama, ia langsung tertarik untuk terjun ke dunia pertanian.
”Bagi Saya, dunia pertanian itu sangat menarik. Yang pertama, pertanian bisa menyediakan pangan ke seluruh rakyat Indonesia. Kedua, tanaman ubi ini juga bagus. Karena bisa menggantikan bahan pokok seperti nasi,” ungkap Khairul dikutip dari kanal YouTube Cap Capung, pada Kamis (25/2).
Pada awalnya, dari video YouTube yang ditontonnya Khairul mengetahui bahwa orang Jepang dan orang Korea banyak mengonsumsi ubi. Ia pun kemudian belajar dari temannya yang mengekspor ubi madu. Hal itulah yang membuatnya tertarik untuk mulai menanam ubi madu yang nantinya bisa diekspor ke luar negeri.
“Awal bertanam, Saya belajar dari petani-petani di daerah sini. Dan Saya juga belajar dari sosial media. Karena pengaruh dari media sosial itu kalau kita gunakan secara positif banyak manfaatnya,” kata Khairul.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DI SINI)
Khairul menjelaskan, tanaman ubi madu cenderung terhindar dari hama. Karena keberadaan tanaman itu sebenarnya bisa mematikan tumbuhan lain seperti ilalang dan rumput-rumputan.
Sementara itu untuk masa pemanenannya, ubi madu membutuhkan masa tiga setengah bulan. Hal ini berdasarkan spekta yang ditetapkan Khairul di mana setiap satu kilogram ada tiga hingga empat buah ubi madu yang dapat diperoleh.
”Kalau buahnya terlalu besar, nanti kita jualnya juga susah. Paling ke pasar-pasar lokal, ke tukang keripik, itu saja. Tapi karena kita ke pasar ekspor, kita harus mengikuti spek dari pihak pengekspornya,” terang Khairul.
Menurut Khairul, sebelum memutuskan menanam ubi madu, dirinya melakukan lobi ke pihak eksportir tentang komoditas apa yang kira-kira bisa diekspor. Ia diberi tahu pihak eksportir kalau yang bisa diekspor adalah ubi madu.
”Ya udah setelah tahu, Saya memutuskan menanam ubi madu ini,” ungkap Khairul.
Khairul menjelaskan, untuk dapat menanam ubi madu di lahan seluas satu hektare, ia awalnya membutuhkan modal sebanyak 12 juta. Dengan rincian; biaya traktor sebesar Rp600 ribu perhektare, biaya mencangkul sebanyak Rp4 juta, biaya tanam dan bibit sekitar Rp2 juta, dan pendangkiran Rp4 juta.
”Dengan modal penanaman sekitar Rp12 juta, kita tunggu sekitar tiga bulan setengah, nanti begitu hasil dapat menghasilkan Rp100 juta,” beber Khairul. (han)