Lebih Efektif Mana, Rapid Test atau Swab untuk Deteksi Corona?
Bnews—NASIONAL— Seseorang dapat diketahui sedang terinfeksi dan tidaknya oleh virus corona atau covid-19 dengan melakukan beberapa tes. Misalnya seperti rapid test dan tes swab.
Masih ada yang belum tahu, kedua istilah yang populer ditengah pandemi ini. Lalu apa perbedaan dan mana yang lebih akurat mendiagnosis infeksi corona?
Berikut Borobudur News rangkum perbedaan antara rapid test dan tes swab:
Pemeriksaan rapid test yang ada di Indonesia, dilakukan menggunakan sampel darah. Sedangkan pemeriksaan swab menggunakan sampel lendir yang diambil dari dalam hidung maupun tenggorokan.
Dari cara kerja, rapid test memeriksa virus menggunakan IgG dan IgM yang ada di dalam darah. IgG dan IgM adalah sejenis antibodi yang terbentuk di tubuh saat mengalami infeksi virus. Jika terinfeksi virus, maka jumlah IgG dan IgM di tubuh akan bertambah.
Hasil rapid test dengan sampel darah, bisa memperlihatkan adanya IgG atau IgM yang terbentuk di tubuh. Kalau ada, maka hasil rapid test dinyatakan positif ada infeksi. Namun, hasil tersebut bukanlah diagnosis yang menggambarkan infeksi covid-19.
Maka, orang dengan hasil rapid test-nya positif, perlu menjalani pemeriksaan lanjutan, yaitu pemeriksaan swab tenggorokan atau hidung. Pemeriksaan ini dinilai lebih akurat sebagai patokan diagnosis. Sebab, virus corona akan menempel di hidung atau tenggorokan bagian dalam, saat ia masuk ke tubuh.
Sampel lendir yang diambil dengan metode swab nantinya akan diperiksa menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Hasil akhir dari pemeriksaan ini, nantinya akan benar-benar memperlihatkan apabila ada virus SARS-COV2 (penyebab covid-19) di tubuh seseorang.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (Klik di sini)
Untuk lama waktu tes, rapid test hanya membutuhkan waktu 10-15 menit sampai hasil keluar. Sedang pemeriksaan dengan metode PCR membutuhkan waktu beberapa jam sampai beberapa hari untuk menunjukkan hasil.
Hasil pemeriksaan rapid test maupun PCR juga bisa keluar lebih lama dari itu. Dengan catatan, kapasitas laboratorium yang digunakan untuk memeriksa sampel sudah penuh.
Salah satu kelebihan pemeriksaan rapid test adalah tes ini cepat dan mudah untuk dilakukan. Kekurangannya, hasil dari tes ini tidak bisa digunakan untuk mendiagnosis covid-19.
Pasien yang positif rapid test harus melalui pemeriksaan lanjutan yaitu swab. Sementara itu pasien yang negatif, idealnya mengulang rapid test 7-10 hari kemudian. Apabila tidak memungkinkan untuk mengulang, maka harus tetap isolasi di rumah selama 14 hari.
Hal ini disebabkan IgG dan IgM, yaitu antibodi yang diperiksa melalui rapid test tidak langsung terbentuk begitu seseorang terinfeksi. Dibutuhkan waktu kurang lebih 7 hari sampai antibodi tersebut terbentuk.
Jadi, jika seseorang menjalani pemeriksaan rapid test hari ini padahal baru terpapar virus corona kemarin, maka kemungkinan besar hasilnya akan negatif. Inilah yang dinamakan dengan false negative atau negatif palsu.
Begitu juga saat hasil rapid test-nya positif, bisa saja ternyata false positive atau positif palsu. Sebab, IgG dan IgM akan terbentuk setiap infeksi terjadi dan bukan cuma akibat infeksi covid-19.
Jadi, kalau rapid test menunjukkan hasil positif, kemungkinannya ada dua, yaitu benar terinfeksi covid-19 atau terinfeksi virus lain, seperti demam berdarah.
menggunakan PCR adalah metode yang paling akurat dalam mendeteksi virus SARS-COV2. Namun, pemeriksaan ini membutuhkan waktu yang lebih lama dan lebih rumit.
Pemeriksaan sampel pun hanya bisa dilakukan di laboratorium dengan kelengkapan khusus. Sehingga, kapasitas pemeriksaan tidak terlalu besar. Karena itu, butuh waktu beberapa hari hingga hasil tes bisa keluar. (han)