BNews—MAGELANG— Sejumlah orang asal Kabupaten Magelang ini layak menjadi inspirasi. Mereka berjuang mengabdikan diri untuk kemaslahatan umum meski harus mengorbankan harta dan bahkan keluarga. Mereka tak butuh tenar tapi jasanya begitu besar.
Mereka tak butuh disiplin ilmu tinggi untuk bekerja. Tapi mereka mampu membaca medan, cerdik melihat peluang dan memupuk kepedulian. Mereka berani mengambil jalan tak biasa. Tidak gampang takluk oleh kegagalan, terus mencipta momen kebangkitan.
Borobudurnews.com mencoba merangkup beberapa orang hebat diantara sekian orang yang punya jiwa kepedulian. Berikut ini sekilas tentang sosok-sosoknya :
JATMIKO— Pria asal Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang ini hampir tiap harinya berada di kawasan Gunung Merapi tepatnya di kawasan Jurang Jero. Dia merintis pembibitan pohon untuk mereboisasi kawasan Merapi dan Merbabu. Jatmiko pernah membentuk Forum Merapi Merbabu Hijau (FMMH) dengan tangannya sendiri.
Dia rela mengeluarkan biaya untuk memulai proses pembibitan tanpa imbalan apapun. Jatmiko terketuk hatinya melihat kondisi alam yang semakin lama semakin rusak. ”Dulu awal-awal saya menggadaikan BPKB untuk membiayai proses pembibitan ini,” katanya.
Ayah dua anak ini memberikan dedikasi penuh dalam program penghijauan kembali lereng Gunung Merapi dan Merbabu yang rusak. Sudah tak terhitung berapa juta pohon yang telah dia tanam bersama komunitas FMMH, kelompok tani jurang jero asri dan relawan peduli dari berbagai komunitas.
Pernah usahanya bertahun-tahun hilang begitu saja karena kebakaran atau dibakarnya hutan Merapi. Tapi semangatnya tak surut. Dia menggadeng dan mengajak banyak orang yang peduli untuk memulai kembali penghijauan dikawasan Merapi Merbabu. Dia tak butuh tenar hanya ingin keseimbangan alam terjaga.
IDA FITRI Perempuan asal Kecamatan Salam Kabupaten Magelang ini berhasil menunjukkan jiwa kemandiriannya dalam mempertahankan konsep pendidikan ramah anak. Ida adalah perintis TK Ibnu Hajar yang pernah hilang banjir lahar dingin.
Kegigihannya dia akhirnya kembali mendirikan sekolah itu dengan dana pribadi. Dia juga mencetuskan program milankori satelite. Dimana, mendekatkan buku kepada pembaca dengan mengantarkannya ke setiap titik yang telah dia bentuk. Semua usaha yang dia lakukan hanya untuk memberikan pendidikan yang layak untuk anak-anak di sekitarnya. Juga membangkitkan semangat membaca bagi masyarakat sekitar.
Perempuan berhijab ini, mendapatkan sertfikasi sebagai pengajar. Namun, sejak melakoni pekerjannya dengan modal sertfikasi dia justru memilih mundur. Baginya sertfikasi guru justru membelenggu sehingga inovasi dan kreasinya dalam mengajar anak didik justru terbelenggu.
ABDUL BAR— Desa Kaliabu Kecamatan Salaman dulu dikenal sebagai desa rusuh. Terkenal karena sering tawuran. Anak-anak mudanya pengangguran, pemabuk dan tak sedikit yang dikaitkan kriminal. Tapi sekarang, desa di pinggiran Menoreh itu berubah drastis. Kini pemuda-pemuda di sana, keren-keren. Kaya-kaya. Kreatif juga.
Hal itu tak lepas dari langkah Abdul Bar. Dia rela meninggalkan pekerjaan lamanya untuk memulai hidup baru. Dia mendirikan komunitas desain grafis rewo-rewo Kaliabu Salaman.
Dia merintis bersama rekan-rekannya Desa Desainer yang kini terkenal itu. Desain karya anak-anak muda asal Kaliabu sekarang tembus hingga ke perusahaan luar negeri. Pendapatan mereka sudah tak lagi rupiah. Tapi dolar.
MUKIDIN— Dua presiden, sejak era SBY hingga Jokowi telah mengakui pengabdian Mukidin dibidang konservasi lingkungan. Kedua presiden itu memberikan penghargaan dan mengundangnya ke Istana Kepresidenan.
Ayah satu anak asal Kecamatan Grabag ini dinobatkan sebagai penggerak petani eko konservasi. Dia berhasil memimpin perubahan pengelolaan hutan rakyat seluas ratusan hektar di lereng Telomoyo dengan sistem tumpang sari.
Berkat usahanya, masyarakat yang dulu hanya berpenghasilan 2 juta setahun kini minimal Rp 20 juta perbulan. Hasil konservasinya itu juga membuat 22 Mata Air yang dulunya mati hidup kembali. Desa-desa disekitarnya yang dulu kekeringan sekarang gemah ripah.
Semangatnya mengajak warga untuk peduli dengan lingkungan patut diapresiasi. Dia dengan gigih mengajari tanpa imbalan apapun. Baginya petani harus sejahtera dan berdiri diatas kakinya sendiri.
- Dikalangan relawan kemanusiaan di Kabupaten Magelang, nama mereka sudah terkenal. Keduanya kakak beradik. Saudara kandung asal Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Pengabdian mereka didunia kemanusian tidak perlu diragukan lagi. Tengok saja setiap ada bencana, keduanya selalu bisa dijumpai di lokasi. Membantu tanpa diberi imbalan. Menolong tanpa harus diperintah.
- Heli pernah menggendong seorang diri relawan yang terkena hipotermia saat ekspedisi Gunung Merapi. Heri, pernah jadi orang terakhir yang ada di Srumbung untuk memastikan masyarakat sudah mengungsi saat erupsi Merapi. Tanpa mengkerdilkan semangat relawan yang lain, keduanya patut diapresasi. Keluarga dan pekerjaan kadang dikalahkan demi membantu sesama. Bagi mereka, nafas hidupnya itu adalah kemanusiaan.
MUHAMMAD ANAS— Kepala Desa Ambartawang Mungkid ini begitu bersahaja. Dia pernah menggelorakan semangat kebangkitan petani di wilayahnya. Hampir seluruh hidupnya diabdikan bagi masyarakat yang dipimpinnya.
Selama mejabat kepala desa, dia berhasil membangun sistem Kartu Ambartawang Sehat. Sistem yang dibiayai APBDes itu memberikan jaminan bagi masyarakat miskin yang tidak mendapatkan jaminan dari pemerintah. Ada ribuan masyarakat yang dijaminkan kesehatannya mellaui sistem ini.
Baginya, menjadi pejabat berarti melayani rakyat. Karena pemerintah harus mendapat hormat. Sejarah akan meninggikan mereka yang memang layak dimuliakan.
HANI SUTRISNO— Mengawali proses pencarian jati diri sebagai tukang penjual pos di kawasan Borobudur, kehidupan Hani Sutrisno mencapai titik balik. Saat itu, dia harus mencari cara untuk berbicara bahasa inggris guna menawarkan kartu posnya kepada turis asing.
Sejak itu, dia mulai berpikir harus menemukan metode belajar bahasa inggris yang mudah dan cepat. Tak perlu teori seperti di sekolah-sekolah. Hingga perjalanan panjangnya membuatnya mendirikan Desa Bahasa Borobudur. Dalam perjalannya, kini kurikulum belajar Bahasa Inggris dengan mudah dan menyenangkan sudah diadopsi sejumlah sekolah dari berbagai daerah. Pikirannya out off the box.
Saat ini, tak terhitung sudah berapa ribu orang yang belajar di Desa Bahasa. Menyaingi Pare Jawa Timur. Hani berhasil mendidik anak-anak kelas SMP untuk mengajari lulusan S1 maupun S2 cara belajar bahasa inggrisnya. Sejumlah profesor jepang terkesan dengan hasil penemuan kurikulumnya.
Di saat yang bersamaan, Hani menghidupi anak-anak yatim piatu di pesantren bahasa miliknya. Mereka diajari berwirausaha gratis. Anak-anak miskin di sekitar rumahnya juga digratiskan belajar di tempatnya. (tim)