Pemerintah Kota Semarang Kembangkan Destinasi Wisata Penyangga Kota Lama
BNews–JATENG– -Semarang, Roda bus bertenaga listrik dengan kapasitas 24 orang penumpang, milik Dinas Perhubungan Kota Semarang; terus menggelinding dari Gedung PWI Jateng membawa awak media dari kabupaten/kota se Jawa Tengah saat mengikuti pers tour.
Tujuannya, destinasi wisata alam Goa Kreo di kawasan Waduk Jatibarang yang membentang di wilayah Kecamatan Gunungpati,, Kota Semarang; sebagai destinasi wisata penyangga kota Lama dan Lawang Sewu.
Pers tour digelar PWI Jateng dalam rangkaian peringatan HPN 2023 yang mengusung Tema “Pers Edukatif Menuju Tahun Politik 2024”; bekerja sama dengan Pemerintah Kota Semarang, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang; didukung Dinas Perhubungan Kota Semarang. Pers tour berlangsung dua hari, yakni Kamis – Jumat (2 – 3 Maret 2023) tersebut; diakhiri dengan puncak peringatan HPN Jateng di Gedung Gradhika Bhakti Praja.
Renai hujan selama perjalanan menggunakan moda transportasi ramah lingkungan tersebut, membuat suasana riang; meski kontur jalan naik turun dan sedikit berliku, namun bus listrik yang dikemudikan Ahmad dari Dinas Perhubungan Kota Semarang; tetap melaju dengan kecepatan normal dan terasa nyaman.
“Roda penggerak bus listrik ini, menggunakan transmisi metik dan hemat listrik, yang jelas tidak menimbulkan polusi,” ujarnya setelah mengantar hingga rumah pintar petani Destinasi Wisata Kandri.
Sebelum di rumah Kandri, peserta pers tour tersebut, diterima tour guide Goa Kreo, Pak Danu Kasno namanya; dia memberikan keterangan terkait jejak Goa Kreo dan waduk Jatibarang, dengan penamaannya dari kata Mangreho atau ngreho; yang diutarakan oleh Sunan Kalijaga kepada kera ketika hendak mengambil kayu jati untuk membangun masjid di Demak.
Namun dalam proses pengambilan kayu tersebut terdapat kendala, kayu menyangkut di tebing, sehingga mengharuskan Sunan Kalijaga untuk beristirahat.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
Setelah beristirahat, Sunan Kalijaga beserta wali lainnya, yakni Sunan Bonang, Sunan Gunungjati dan Sunan Ampel.
Ketika mengambil kayu jati tersebut, dibantu oleh para kera. Setelah kayu jati berhasil didapatkan, Sunan Kalijaga dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Demak.
Hanya saja, keinginan kera ikuti Sunan Kalijaga beserta rombongan, namun Sunan Kalijaga melarang dan memberikan perintah pada para kera untuk menjaga gua dengan mengucap mangreho. Kata Mangreho memiliki arti perintah untuk menjaga atau memelihara, dan sampai sekarang terkenal dengan sebutan Goa Kreo.
Sedangkan dalam catatan Wikipedia, Waduk Jatibarang merupakan sebuah waduk yang terletak di Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Pembangunan waduk ini selesai sekitar empat tahun pembangunan, dan memulai proses pengisian air. Waduk yang resmi beroperasi di tahun 2015, ternyata tidak hanya untuk pengairan areal pertanian, tetapi juga menjadi destinasi wisata yang mampu memanjakan mata untuk melihat keindahan alam di waduk Jatibarang.
Jejak Waduk Jatibarang, bukan hanya sekedar untuk mengatasi persoalan banjir saja. Namun sekaligus menjadi sebuah destinasi wisata alam, dan wisata warga Kota Semarang, bahkan kunjungan meluas hingga wisatawan di Jawa Tengah. “Seiring berjalan waktu, kunjungan wisatawan ke Goa Kreo dan Waduk Jatibarang terus meningkat. Rata-rata untuk hari biasa sekitar 90 – 100 orang dengan tiket masuk Rp 6.500 per orang, hari Sabtu – Minggu mencapai 400 orang, tiket masuk Rp 8.000 per orang,’ kata Anto petugas di Goa Kreo.
Ada yang menarik keberadaan kera saat mengunjungi destinasi wisata Goa Kreo, adalah atraksi ratusan kera saat “berlomba” naik tiang besi menyerupai pohon pinang untuk mengambil makanan di atas. Setidaknya ada sekitar 70 ekor kera (saat dihitung) yang melakukan atraksi tersebut, sehingga menarik para wisatawan. Hanya saja, akan lebih seru jika ada comentatornya, sehingga atraksi para kera bisa lebih seru lagi.
Usai menyaksikan atraksi kera panjat pinang, malam harinya para wartawan diajak menikmati kuliner di Kampung Jawi yang menyajikan berbagai menu, mulai dari makanan ringan seperti wedang rende, jajanan hingga nasi goreng. Menariknya, sinar lentera yang di tata rapi berderet di atas meja menerangi malam nan syahdu, dan menambah suasana lebih romantis dan exotis.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
Ketua PWI Jateng, Amir Mahmud NS menyebutkan, salah satu rangkaian kegiatan HPN 2023 di Kota Semarang, diantaranya adalah pers tour oleh anggota PWI se Jateng. Dari hasil perjalanan pers tour ini, teman-teman diharuskan membuat reportase atau feature untuk diikutkan dalam penulisan. Ini salah satu model dukungan anggota PWI Jateng dalam mendukung pengembangan pariwisata.
“Saya berharap, melalui tulisan teman-teman wartawan dari berbagai daerah di Jateng, bisa mendorong atau mempromosikan destinasi wisata. Jika pariwisata sudah berkembang, efeknya adalah peningkatan ekonomi masyarakat sekitar destinasi wisata tersebut,” ujar Amir Mahmud.
Walikota Magelang, Hevearita G Rahayu dalam sambutan dibacakan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, R. Wing Wiyarso Poespojoedho S.sos, M.Si menambahkan, di era digitalisasi saat ini, semua orang bisa menjadi “wartawan” untuk menulis apa saja di media sosial. Hanya saja, mereka yang menyangkan tulisan melalui media sosial, tidak menggunakan kaidah jurnalisme yang baik.
Artinya, tulisan-tulisan yang dituangkan dalam media sosial, hanya sekedar menulis yang kadang bisa merugikan pihak lain. Ada lagi tulisan yang bersifat hoax, sehingga membingungkan masyarakat. “Hanya wartawan yang sudah dibekali kaedah jurnalistik dan etika pers yang bisa memberikan pencerahan bagi masyarakat, karena wartawan dituntut dan bersikap profesional dalam menyajikan tulisan berdasarkan fakta dan berimbang,” tutur Walikota Semarang.
Aksebilitas Desa Wisata
Sementara itu, Dosen Prodi Pariwisata Universitas Semarang (USM), Herman Paninggiran SE MMPar menyebutkan, konsep pariwisata berkelanjutan adalah yang memberikan multi efek bagi masyarakat, yakni keuntungan bersama, antara wisatawan, pengelola destinasi wisata dan juga masyarakat di sekitar destinasi pariwisata tersebut. Seperti halnya Desa Wisata Kandri di Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.
Pada tahun 2014, destinasi masih ada kekurangan dalam pengelolaan, dan di tahun 2020 muncul masalah sampah yang tak tertangani dengan baik. Sehingga perlu peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dibidang pengelolaan destinasi wisata. Namun, pasca Pandemu Covid -19, destinasi wisata di Kota Semarang mengalami peningkatan signifikan, seperti pelaku wisata Desa Kandri ini, terutama akses jalannya cukup bagus, karena sudah banyak ditemukan petunjuk arah menuju lokasi wisata.
Sementara itu, Sub Koordinator Informasi Budaya dan Pariwisata, (Disbudpar) Kota Semarang, Kharis menjelaskan, Kota Semarang diciptakan Tuhan memang untuk berbahagia. Karena destinasi wisata di Kota Semarang begitu lengkap, ada Kota lama yang kini menjadi ikon wisata Kota Semarang, ada juga Lawangsewu. Bahkan Pemerintah Kota Semarang, mulai mengembangkan destinasi wisata penyangga objek wisata Kota Lama dan Lawang Sewu, melalui beberapa pilar zona pariwisata, diantaranya destinasi wisata Waduk Jatibarang dan Goa Kreo di Kecamatan Gunungpati.
“Waduk Jatibarang dan Goa Kreo, menjadi embrio pengembangan destinasi wisata Kota Lama dan Lawang Sewu. Saat ini, kawasan objek wisata Waduk Jatibarang, terus berkembangnya Desa Wisata Kandri sebagai desa unggulang, sehingga nantinya wisatawan yang datang ke Kota Lama, bisa lebih lama tinggal di Semarang,” jelasnya.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
Selain Waduk Jatibarang dan Gia Kreo, zona destinasi penyangga wisata Kota Lama dan Lawang Sewu lainnya adalah kawasan Banyumanik, disana mulai dikembangkan objek wisata petik buah. Melalui zona penyangga destinasi wisata itulah yang ke depan akan mengepung destinasi Kita Lama, seperti teori Macetung, desa mengepung kota. Ada juga yang menyebut teori sarang laba-laba, dimana laba-laba bergerak, maka semua sarangnya ikut bergerak.
Marketing dan Pemandu Desa Wisata Kandri, Suhono menambahkan, Desa Wisata Kandri mengalami peningkatan signifikan; sebagai destinasi penyangga pariwisata, ada beberapa keunggulan diantaranya mengajak wisatawan keliling mengunjungan perkampungan di tengah hutan.
“Paket wisata yang kita jual, diantaranya mengunjungi Goa Kreo dan Waduk Jatibarang dengan baik spedbud keliling waduk; mengunjungi warga di ditengah hutan, serta mengajak wisatawan menanam padi dan laiinya,” pungkas Suhono. (Ali Subchi)