Peringati Merti Desa, Warga Borobudur Mandikan Kuda Lumping
BNews—BOROBUDUR— Warga Desa Sambeng di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang menggelar tradisi Merti Desa atau bersih desa, Kamis (1/10). Suasana upacara Saparan tahunan kali ini berbeda dari tahun lalu karena digelar di tengah pandemi covid-19. Namun demikian, kegiatan yang dikemas sederhana berlangsung meriah.
Pantauan Borobudur News, tujuh prinsip dasar protokol kesehatan diterapkan dengan apik. Diantaranya membatasi jumlah penonton, pengecekan suhu badan, menyediakan hand sanitizer serta wajib mengenakan masker hingga menjaga jarak minimal satu meter.
”Dampak dari pandemi, Merti Desa kali ini hanya dikhususkan bagi warga Desa Sambeng. Kami juga sediakan masker apabila ada penonton yang tidak membawanya,” tutur Kepala Desa Sambeng Rowiyanto.
Pria yang karib disapa Rowi ini menjelaskan, Merti Desa tahun 2020 berbeda dari sebelumnya. Bila tahun 2019 kegiatan digelar tiga hari, kali ini hanya digelar satu hari. Kesenian Soreng dan Sekrek yang menjadi kesenian khas Sambeng ditiadakan.
Selain itu, juga warga tidak diperkenankan ikut menyaksikan ritual pemandian kuda lumping, buto cakil dan barongan kepada pepunden di Sendang Ngudal. Hanya kades dan para sesepuh Jathilan yang bisa memandikan dengan air sendang dengan menyan. Prosesi arak-arakan tumpeng dari Sendang Ngudal juga turut ditiadakan.
”Kegiatan sengaja diringkas agar tidak berlama-lama. Acara selesai langsung bubar,” tegasnya.
Rowi menjelaskan alasan tetap menggelar Merti Desa ditengah pagebluk virus corona karena masyarakat Desa Sambeng tidak bisa dipisahkan dengan tradisi tahunan tersebut. Pemdes setempat juga mengklaim telah mengantongi surat izin dari bupati Magelang bernomor 100/1356/01.01/2020 tentang Izin Penyelenggaraan Kegiatan sebagai dasar kuat pelaksanaannya.
”Merti Desa adalah kegiatan budaya rutin setiap bulan Safar yang harus dilestarikan. Apalagi, semakin kekinian tradisi ini semakin ditinggalkan dan tidak banyak dilakukan,” terang dia.
”Ini juga sebagai ajang pengenalan budaya leluhur kepada masyarakat dan anak-anak muda. Jangan sampai mereka lupa atau tidak tahu,” tambahnya.
Imbuh Rowi, Merti Desa ditengah covid-19 dimaknai luas. Tidak hanya desanya saja yang bersih namun lebih utama membersihkan jiwa raga atau lahir batin. Merti Desa juga mengajarkan manusia untuk hidup bersih dan sehat seperti rajin cuci tangan dan mengenakan masker agar terhindar dari penularan virus corona.
”Hakikat lainnya adalah dibalik duka dari pandemi, masih banyak yang hal yang pantas kita syukuri. Ada hikmah dan pelajaran positif yang bisa dipetik. Rasa syukur bisa menjadi pelipur sekaligus sugesti yang menghadirkan ketenangan jiwa,” pungkas Rowi.
Sebagai tambahan, puncak dari Merti Dusun adalah pagelaran wayang semalam suntuk, Sabtu malam (4/9) oleh Dalang Ki Radyo Harsono dengan lakon Gathotkaca Winisuda. Dengan catatan hanya bisa disaksikan warga setempat dan jumlah undangan maksimal 60 orang. (han)