Prihatin Kondisi Pandemi, Ruwat Rawat Borobudur ke-19 Digelar Sederhana
BNews—BOROBUDUR— Tradisi Ruwat Rawat Borobudur (RRB) ke-19 Tahun 2021 berlangsung sederhana secara virtual. Gelaran RRB ke-19 ini dilangsungkan ditengah keprihatinan pandemi Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19 yang tak kunjung usai.
Penggagas RRB Sucoro Setrodiharjo menuturkan, meski RRB tahun ini digelar dalam suasana prihatin, Namun dalam kondisi ini masih ada spirit untuk melestarikan Candi Borobudur. ”Kami tetap menyelenggarakan RRB dengan sistem virtual. Harapan kami ke depan agar Ruwat Rawat Borobudur ini tetap berlanjut sehingga tetap bisa mendampingi Borobudur sebagai warisan budaya dunia ini masih tetap berlanjut,”tuturnya, Selasa (9/2).
Sucoro mengatakan festival kesenian rakyat penilaiannya juga berlangsung secara virtual, saat ini sudah ada 100 lebih kelompok kesenian yang mendaftar. Peserta festival kesenian rakyat, antara lain dari Magelang, Temanggung, Kendal dan beberapa daerah lain di Jawa Tengah.
”Ini virtual. Nanti Sebagian diunggah di akun YouTube.” Urainya.
RRB ke-19 dibuka di pelataran barat Candi Borobudur oleh Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DIJ, Jateng dan Jatim Dwi Ratna N. Ditandai dengan pemberian paket sayuran kepada masyarakat sekitar Candi Borobudur.
Ia mengatakan, pelestarian budaya dari perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan memang sudah tepat menggandeng komunitas. Sementara roh dari Borobudur bukan hanya bangunan fisiknya, namun diolah.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DI SINI)
”Selain itu, keberadaan relief yang ada kaya sekali dengan banyak hal, baik kesenian, alat musik, tumbuh-tumbuhan, sistem pengobatan dan sebagainya,” katanya.
Ketua Dewan Pimpinan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) Catrini Pratihari Kubontubuh yang hadir pada pembukaan RRB tersebut mengatakan keberadaan komunitas merupakan bagian penting dari sebuah pelestarian. Sehingga pelestarian tidak hanya dimiliki pemerintah.
”Komunitas yang dulu pernah terpinggirkan atau terlupakan ketika ada upaya baik untuk membangun dan merawat kembali Borobudur. Perjalanan panjang ini yang lalu membuka mata banyak pihak bahwa kelompok komunitas adalah juga bagian penting dari sebuah upaya pelestarian,” pungkasnya. (ala/han)