Ribuan Jamaah Gada Dewa Gelar Mujadahan di Ponpes Darussalam Watucongol Dalem Tengah

BNews-MAGELANG- Sekitar 7.000 jamaah Gada Dewa memenuhi Ponpes Darussalam Watucongol Dalem Tengah pada malam Rabu (10/1/2024).

Meskipun hujan turun di sekitar ponpes, mereka tetap antusias mengikuti mujahadah yang dihadiri oleh RM KH Nurul Hidayat Ahmad Abdul Haq atau Gus Nurul.

Yang menarik dari acara ini, Gus Nurul berdiri berjam-jam untuk menyapa semua jamaah yang datang. Hal serupa juga dilakukan oleh istrinya, Nyai Hj Siti Fariqoh.

Puluhan santri sibuk menyiapkan hidangan makanan dan minuman untuk seluruh jamaah. Terlihat beberapa santri membawa hidangan sambil bergerak di antara jamaah yang berada di luar ponpes karena kehabisan tempat.

Sekretaris Jenderal Gada Dewa, Bambang, menjelaskan bahwa mujahadah ini diadakan untuk memperingati wafatnya KH Ahmad Abdul Haq Dalhar atau Mbah Mad, ayah dari Gus Nurul.

Acara serupa juga diadakan oleh jamaah Gada Dewa di beberapa daerah lain.

“Jumlah total peserta mujahadah malam Kamis Pahing ini sekitar 40.000 jamaah dari berbagai daerah, namun yang terpusat di Watucongol diikuti sekitar 7.000 jamaah dari Magelang dan sekitarnya,” ungkap Bambang.

DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)

Mujahadah ini adalah wujud kecintaan jamaah terhadap almarhum Mbah Mad. Dalam pandangan mereka, Mbah Mad adalah sosok ulama kharismatik dan figur pluralis, tokoh lintas agama.

“Mbah Mad tidak pernah memandang seseorang dari latar belakang. Beliau tidak memandang agama, kasta, pekerjaan, maupun kehidupan sehari-hari seseorang. Semua orang diterima dengan baik,” kenangnya.

Acara mujahadah ini juga merupakan bukti bahwa warisan ilmu dan adab dari pendahulu di Ponpes Watucongol benar-benar dijaga oleh generasi berikutnya.

Dulu, Mbah Mad juga rutin mengadakan mujahadah setiap selapan untuk memperingati wafatnya KH Dalhar, ayah dari Mbah Mad.

“Ini merupakan upaya pelestarian ajaran Watucongol,” jelas Bambang, yang didampingi oleh Humas Gada Dewa, Hartono.

Menurut Bambang, mujahadah ini merupakan sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Juga untuk mempererat hubungan antarjamaah Gada Dewa. Ia berharap jamaah Gada Dewa selalu rukun dan kompak.

Mereka tidak mudah terpengaruh oleh gejolak yang terjadi baik di tingkat lokal maupun nasional. Ini adalah karakteristik dari Gada Dewa yang ingin hidup berdampingan dengan siapa pun.

“Kegiatan ini bisa menjadi penyegar, agar kita tetap berada pada frekuensi yang sama. Bagi kita, memiliki satu musuh sudah terlalu banyak, sedangkan memiliki seribu sahabat masih kurang,” tambahnya.

Menjelang Pemilu 2024, Gada Dewa berkomitmen untuk menjaga situasi yang kondusif di daerah tersebut.

Mereka bahkan melarang jamaah untuk menjadi golongan putih (golput), yaitu tidak menggunakan hak pilih untuk memilih pemimpin.

“Gada Dewa tidak boleh golput, kita harus memilih. Dengan memilih, kita dapat melahirkan pemimpin-pemimpin terbaik,” jelasnya.

Seorang jamaah Gada Dewa, Nugroho, mengaku tidak pernah absen dalam acara ini. Meskipun jarak antara Purworejo dan Magelang jauh, hal tersebut tidak mengurangi niatnya untuk mengikuti mujahadah di Watucongol.

“Bahkan jika ada acara lain yang berbarengan, saya masih menyempatkan diri untuk hadir di sini,” ungkapnya. (*)

About The Author

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!