Sakral dan Memikat: Keindahan Spiritual di Makam Santren, Magelang
BNews-MAGELANG- Puluhan peziarah duduk bersila menghadap nisan. Dengan suara keras, mereka melantunkan kalimat tahlil, tayyibah, dan sholawat nabi sembari menggerakkan kepala dan tubuhnya.
Sementara di sudut lain, terlibat seseorang mengangkat tangan berdoa memohon kepada Allah. Inilah pemandangan harian di Makam Santren.
Kuburan Muslim tua di Dusun Watucongol, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Magelang, dikenal dengan sebutan Makam Santren.
Tempat ini menjadi tempat persemayaman para Waliullah atau orang-orang sholeh seperti; Kiai Krapyak I, KH Abdullah Sadjad; Kiai Abdurrauf bin Kiai Khasan Tuqo, KH Ahmad Abdul Haq (Mbah Mad), dan keluarga, serta Nyai Dewi Qurasy.
Di kompleks makam Waliullah tersebut, terdapat juga Masjid Agung Kiai Krapyak I, yang merupakan masjid tertua di Magelang.
Masjid ini dibangun pada tahun 1618 M saat kekuasaan Raja Panembahan Senopati. Bangunan masjid ini memiliki ciri-ciri; gaya arsitektur masa Kerajaan Mataram Islam, seperti adanya gapura, mustaka, saka (tiang utama). Hingga keramik dari batu alam yang masih asli. Di dalam masjid ini terdapat logo Keraton Yogyakarta.
Menurut cerita, pendiri masjid kuno ini adalah Kiai Krapyak I, putra dari Kiai Raden Santri alias Pangeran Singosari dari Mataram.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
Raden Santri adalah ulama pertama yang menyebarkan agama Islam di sekitar Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing; dan Pegunungan Menoreh di sepanjang Kali Progo.
Ketika beliau meninggal, permintaannya adalah untuk dimakamkan di atas bukit, di pinggir Desa Gunungpring.
“Nasoka, takmir Masjid Agung Kiai Krapyak I, mengatakan bahwa masjid ini konon diberikan oleh Panembahan Senopati dari Kota Gede Yogyakarta,” ujar Nasoka pada hari Minggu, 22 Oktober 2023.
Sedangkan di Makam Santren, tujuan utama peziarah adalah Makam Waliullah KH Ahmad Abdul Haq bin KH Dalhar; atau yang akrab disapa dengan julukan Mbah Mad.
Siapakah Mbah Mad ini? KH Agus Aly Qayshar, putra dari almarhum Mbah Mad, mengatakan bahwa KH Ahmad Abdul Haq; adalah seorang kiai yang sangat dihormati oleh berbagai kalangan, termasuk para ulama dan pejabat. Sejak kecil, dia telah dikenal memiliki ilmu yang tidak dimiliki oleh kebanyakan kiai.
“Salah satu kelebihan Mbah Mad sejak kecil adalah kemampuannya untuk mengetahui makam para wali yang sebelumnya tidak diketahui; oleh masyarakat sekitar. Ketika masyarakat menganggap makam seseorang sebagai biasa-biasa saja; Mbah Mad justru mengungkapkan bahwa itu adalah makam seorang wali. Kemampuan ini merupakan warisan dari ayahnya, yaitu Mbah Dalhar,” jelasnya.
Selama hidupnya, Mbah Mad adalah seorang ulama yang berpengaruh dan memiliki karisma, terutama di wilayah Magelang.
Dia juga dikenal sebagai tokoh spiritual yang dihormati oleh berbagai kalangan, mulai dari masyarakat biasa; hingga ulama dan tokoh nasional karena kekarismatikannya dan ketokohannya yang diyakini oleh masyarakat.
Tak hanya itu, dia juga sering dikunjungi oleh orang yang akan maju menjadi pejabat. Mereka biasanya datang; menjumpai Mbah Mad untuk meminta doa restu.
Tokoh nasional dan pejabat negara juga sering mengunjunginya untuk meminta nasihat. Beberapa tokoh yang pernah; mengunjungi Mbah Mad antara lain KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati, Jusuf Kalla, Wiranto, Akbar Tanjung, dan lainnya.
Bahkan Susilo Bambang Yudhoyono, saat masih aktif bertugas di militer dengan pangkat kapten, juga pernah mengunjungi Mbah Mad. (*/yogyapos)