Tanah Retak, 90 Warga Borobudur Hidup Dibawah Ancaman Longsor
BNews—BOROBUDUR— Sejumlah desa di Kecamatan Borobudur mengalami keretakan tanah. Kontur tanah terus bergerak sehingga mengancam belasan rumah milik warga.
Data yang dihimpun Borobudurnews, tanah retak itu ada di kawasan Perbukitan Menoreh Kecamatan Borobudur. Ada lebih dari 15 rumah warga dengan 90 jiwa di dalamnya yang berada di lereng perbukitan dan berpotensi tertimpa tanah longsor.
Kepala BPBD Kabupaten Magelang, Edi Susanto mengatakan keretakan tanah itu ada di Dusun Kedok di Desa Ngadiharjo, Dusun Miriombo Wetan di Desa Giritengah dan Dusun Pule di Desa Kebonsari.
Menurutnya retakan tanah itu mulai muncul pada waktu yang berbeda. Selama lebih kurang 1 bulan muncul retakan di beberapa tempat atau dusun yang berbeda
Ketua Organisasi Pengurangan Resiko Bencana (OPRB) Kecamatan Borobudur, Nur Fauzan mengatakan, retakan tanah tersebut memaksa warga untuk mengungsi setiap kali hujan datang. Mereka baru akan kembali ke rumah masing-masing ketika hujan sudah reda dan kondisi aman.
“Sebagian besar mengungsi ke rumah saudara yang lebih aman. Tidak ada yang mengungsi di masjid, balai desa, atau tempat lainnya,” imbuh Fauzan.
Untuk mengantisipasi dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, pihaknya sudah melakukan sejumlah langkah. Mulai dari pemasangan Early Warning System (EWS) hingga sosialisasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). (bn1/bsn)
Sejauh ini, keberadaan retakan tanah itu tidak sampai memicu bencana yang memakan korban jiwa. Namun demikian, warga setiap hari diminta terus meningkatkan kewaspadaan.
“BPBD Kabupaten Magelang sudah melakukan kaji cepat di lokasi kejadian. Termasuk juga koordinasi dengan pemerintah desa setempat untuk penanganan selanjutnya,” jelas Fauzan. (bn1/bsn)