Tolong…Candi Selogriyo Miring dan Merenggang
BNews–WINDUSARI-– Situs purbakala di Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang sepertinya butuh penanganan cepat. Bagaimana tidak, sejak 2014 lalu, Candi Selogriyo sudah dalam posisi yang tidak seharusnya.
Pantuan borobudurnews.com, candi yang berada di Lereng Giyanti itu saat ini sudah miring tiga derajat, akibat tanah yang menjadi landasan, bergerak. Untuk mengantisipasi kerusakan berlebih, saat ini candi harus diikat melingkar supaya bangunan terlindungi.
Tidak hanya itu, bahkan batuan candi merenggang selebar jari tangan. Sehingga bila turun hujan, sebagian air masuk ke dalam candi. Kondisi ini mendesak untuk diperbaiki.
Untuk diketahui, Candi Selogriyo berada di suatu dataran kecil di lereng Pegunungan Giyanti. Peninggalan sejarah ini ditemukan Residen Magelang, Hartmann, pada 1835. Setelah Indonesia merdeka, perawatanya dilakukan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah.
Menurut keterangan, pada 1998 terjadi bencana alam. Tanah tempat berpijak candi longsor. Delapan puluh persen batuan larut . Sehingga tinggal 20 persen yang masih utuh.
Setelah itu diadakan penyelamatan batuan. Kemudian rekonstruksi Candi Selogriyo di kaki pegunungan Giyanti, sambil menunggu proses pemadatan tanah lokasi awal.
Sekitar 2004 Candi Selogriyo berhasil didirikan ulang di tempat semula. “Kemungkinan tanah belum padat benar. Semakin lama bergerak. Hal itu berpengaruh terhadap struktur batuan. Puncaknya 2014, bangunan candi miring tiga derajat,” kata Mulyono, petugas jaga Candi Selogriyo.
Menurut dia, karena belum tersedia anggaran yang memadai, belum diadakan perbaikan Candi Selogriyo. Untuk mengendalikan situasi, diupayakan bangunan peninggalan sejarah Abad VII itu tidak bertambah miring, dengan cara diikat sabuk di dua titik.
Meski demikian minat masyarakat untuk rekreasi ke objek wisata itu tidak surut. “Tiap hari rata-rata dikunjungi 50 orang berbagai kalangan.,” kata Joko Edi Mulyono, juga petugas jaga Candi Selogriyo.
Tiket tanda masuk objek wisata yang menawarkan keindahan dan keaslian panorama alam, tersebut, Rp 3000/orang. (bn1)