Warga Muntilan Resah, Patok Kereta Api Ada di Depan Rumah dan Dekat Candi
BNews—MUNTILAN— Warga Desa Ngawen di Kecamatan Muntilan diresahkan dengan keberadaan patok didekat lahan milik pribadi hingga pinggir persawahan. Dugaan sementara, patok tersebut dipasang untuk kepentingan perkeretaapian.
Pantauan Borobudur News, sedikitnya ada tiga buah patok berbentuk persegi yang sengaja ditanam orang tak dikenal. Dua berwarna biru dengan kode BM PB 14A 2019 dan BM PB 15A 2019 serta satu warna kuning berkode CP PB 14A 2019.
Kondisi warna cat terlihat masih terang dan bersih. Menandakan patok belum lama dipasang. Hanya patok tersebut sudah mulai tertutup rumput dan tanaman liar disekitar.
Dibagian samping, terdapat sebuah logo besar mirip milik Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Bertuliskan Direktorat Jenderal Perkeretaapian (Ditjenka). Menurut penelusuran laman Wikipedia, Ditjenka merupakan unsur pelaksana pada Kemenhub yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Perhubungan. Dan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan pelaksanaan kebijakan dibidang perkeretaapian.
Salah satu warga Desa Ngawen, Wiwik mengaku resah dengan keberadaan patok berwarna biru yang terletak berada di depan rumahnya. Bahkan ia mengeluhkan, sekalipun tidak ada sosialisasi yang disampaikan kepada warga setempat.
”Lho, permisi saja tidak apalagi sosialisasi. Tidak ada itu,” keluh pria paruh baya itu, Senin (5/1).
Dia bersama warga lain akhirnya sendikit mendapat titik terang terkait pemasangan patok tersebut, belum lama ini. Informasi penting itu mereka dapat saat petugas berseragam tengah mengukur jalan hingga lahan pertanian milik warga. Tepatnya di sebelah peninggalan cagar budaya Candi Ngawen. Jarak patok dengan batas pagar candi Buddha itu hanya berjarak sekitar lima meter.
”Patok ini sebagai tanda akan dibuat jalur rel kereta api,” kata Wiwik menirukan salah seorang petugas pengukur.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
Jelas Wiwik, petugas juga menyampaikan rencana pemerintah pusat untuk proyek perkeretaapian. Meliputi tahun 2019 dilakukan pengukuran, tahun 2020 dilaksanakan pembebasan lahan dan tahun 2021 dimulai pengerjaan.
”Pokoknya Presiden Jokowi selesai menjabat tahun 2024, rel kereta api sudah harus difungsikan,” jelas dia kembali menirukan.
Sampai saat ini Wiwik masih dilingkupi rasa was-was. Sebab, dirinya berkeyakinan rumahnya berpotensi tergusur untuk kepentingan pembangunan rel kereta. Selain itu dirinya mempertanyakan nasib lahan pertanian hingga permukiman warga yang juga berkemungkinan ikut terdampak.
”Kami secepatnya butuh sosialisasi dari Ditjen Perkeretaapian. Nanti diputuskan warga setuju atau tidak,” tegasnya.
Disinggung soal harga tanah miliknya, Wiwik saat ini mematok lahan Rp 1 juta permeter persegi. Belum termasuk bangunan. Sedang dirinya dulu menghabiskan biaya Rp 500 juta untuk membangun rumah.
Ditemui terpisah, Kepala Desa Ngawen Kecamatan Muntilan Daru Apsari Ratnawati menuturkan, pemasangan patok dilakukan tiga bulan silam. Pemasangan tersebut dilakukan sendiri tanpa pendampingan pihak kelurahan dan warga setempat.
”Tidak ada izin dan sosialisasi dari pihak terkait. Menurut saya, mungkin pemasangan patok dan pengukuran-pengukuran untuk keperluan jalur kereta api yang menghubungkan Jogjakarta-Magelang,” imbuh Daru saat ditemui di ruangannya. (*/han)
Penulis: Wahid Fahrur Annas (Mahasiswa Magang IAIN Purwokerto)
sayangnya pemerintah desa tidak diajak untuk melakukan pengukuran..sehingga warga tdk resah