Warga Pakis Tetap Gelar Nyadran di Halaman Rumah Masing-Masing
BNews—PAKIS— Di tengah merebaknya pandemi covid-19, masyarakat di lereng Gunung Merbabu tepatnya di Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang tetap menggelar ritual Nyadran. Tradisi Sadran ini dilakukan untuk melestarikan warisan budaya turun-temurun dalam menyambut Bulan Ramadan.
Dalam Sadranan tersebut, masyarakat Dusun Gejayan tetap mentaati anjuran pemerintah dengan menerapkan physical distancing. Ritual yang ditahun-tahun sebelumnya dilakukan di makam dipindah ke halaman rumah masing-masing warga. Tradisi setiap Bulan Ruwah ini akhirnya menjadi unik karena tata caranya diluar dari kebiasaan.
Tepat pukul 07.00 WIB, Kepala Dusun setempat, Sulis Prasetyo, memukul kentungan sebagai tanda agar semua warga melakukan persiapan. Mereka kompak menggelar tikar di halaman rumahnya masing-masing. Sambil membawa keluar tenong yang berisi nasi tumpeng, ingkung ayam dan sebagainya.
Masing-masing Ketua RT berkeliling dari satu rumah ke rumah lain untuk mengambil sesajen. Diantaranya berupa kembang telon, kemenyan dan uang ’wajib’ yang sebelumnya telah dibungkus dalam daun pisang.
Setelah semuanya terkumpul, kembang telon dari masing-masing warga tersebut diletakkan di atas makam Kiai Honggo Joyo sebagai cikal bakal Dusun Gejayan. Sedangkan uang ’wajib’ diserahkan kepada kaum (modin).
Di makam tersebut, dilakukan ritual Nyadran yang diawali dengan membakar kemenyan dan memanjatkan doa untuk para leluhur dusun setempat. Ritual ini dipimpin Mulyono selaku Modin Dusun Gejayan. Selanjutnya dilaksanakan makan bersama di halaman rumah masing-masing warga.
Baca juga: Pemuda Desa Wanurejo Borobudur Buat 2000 Masker untuk Warga Sekampung
Sebelum acara makan bersama tersebut dimulai, Mulyono kembali memimpin doa di masjid setempat. Melalui pengeras suara, ia mengajak seluruh warga Dusun Gejayan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar pagebluk pandemi corona yang saat ini melanda seluruh dunia, khususnya di Indonesia lekas berakhir.
”Sumangga bapak ibu sedaya, kita dedongga mugi-mugi pagebluk corona, ingkang sakmenika onten ing nagari kita enggal sirna. Lan masyarakat saged aktivitas malih kados sakderengipun (Mari bapak ibu semuanya, kita berdoa agar pandemi corona ini segera berakhir dan masyarakat bisa beraktivitas seperti hari-hari biasanya),” ajak Mulyono, Jumat (10/4).
Sementara itu, salah satu sesepuh Dusun Gejayan Riyadi menuturkan, untuk tahun ini, kegiatan Sadranan dilaksanakan berbeda dengan tahun- tahun sebelumnya. Yakni, tidak dilaksanakan secara berkumpul di makam Kiai Honggo Joyo. Melainkan dilaksanakan di halaman rumah masing-masing warga,” kata salah satu sesepuh Dusun Gejayan, Riyadi, Jumat ( 10/4).
”Perubahan lokasi Nyadran ini merupakan upaya untuk mencegah dan memutus mata rantai virus corona . Selain itu, juga mematuhi imbauan dari pemerintah agar tidak melaksanakan kegiatan yang bersifat mengumpulkan orang dalam jumlah banyak,” tutur Riyadi.
Menurut Riyadi, pelaksanaan Nyadran ini sebenarnya telah dimulai sehari sebelumnya. Yakni, bagi kaum laki-laki melakukan kegiatan membersihkan makam Kiai Honggo Joyo yang tidak jauh dari perkampungan tersebut.
Sementara itu, kaum perempuan di rumahnya masing-masing menyiapkan menu yang akan disajikan untuk keperluan tradisi itu. Diantaranya memasak ingkung ayam jago, membuat nasi tumpeng dengan berbagai uba rampe meliputi rempah kelapa dan bergedel kentang. Atau di dusun tersebut warga menyebutnya ’Mata Bagong’ serta lauk pauk lainnya.
”Ingkung ayam nasi tumpeng dan lauk-pauk lainnya dimasukkan ke dalam tenong dan disajikan dalam tradisi Sadranan,” pungkas dia. (han)