Kisah Pesantren Lirboyo: Berdiri dari Surau Kecil, Kini Jadi Pusat Ilmu Islam Terbesar di Indonesia

BNEWS—NASIONAL— Pondok Pesantren Lirboyo di Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur, dikenal sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam terbesar dan tertua di Indonesia.

Hingga kini, pesantren ini menampung sekitar 50 ribu santri dari berbagai daerah di Nusantara.

Sejarah Berdirinya Pesantren Lirboyo

Melansir laman resmi Pondok Pesantren Lirboyo, lembaga ini didirikan oleh KH. Abdul Karim, seorang ulama asal Magelang, Jawa Tengah.

Sejarah berdirinya pesantren ini bermula sekitar tahun 1910 M, ketika KH. Abdul Karim pindah ke Desa Lirboyo; setelah kelahiran putri pertamanya dari pernikahan dengan Nyai Khodijah, putri Kyai Sholeh Banjarmelati.

Kepindahan tersebut merupakan anjuran dari sang mertua agar dakwah Islam dapat berkembang lebih luas di wilayah Kediri.

Saat itu, Kepala Desa Lirboyo meminta KH. Abdul Karim untuk menetap di desa tersebut demi membantu menciptakan ketenteraman. Sebab, wilayah itu dikenal angker dan rawan kejahatan.

Tak lama setelah menetap, KH. Abdul Karim mendirikan sebuah surau kecil yang difungsikan sebagai tempat ibadah dan mengaji. Surau inilah yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo.

CEK BERITA UPDATE LAINNYA DISINI (KLIK)

Pada tahun 1913 M, KH. Abdul Karim membangun Masjid Lawang Songo di area pondok. Masjid bersejarah itu hingga kini masih berdiri kokoh sebagai pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan para santri.

Mengutip NU Online, Pesantren Lirboyo juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di bawah pimpinan KH. Mahrus Aly, para santri turut berjuang dalam Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang kini dikenang sebagai Hari Pahlawan Nasional.

Sistem Pendidikan di Pesantren Lirboyo

Pesantren Lirboyo menggabungkan dua sistem pendidikan yang berjalan beriringan, yaitu klasikal dan tradisional.

Sistem klasikal diterapkan melalui lembaga formal seperti madrasah dan sekolah dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kemampuan santri. Sementara sistem tradisional diterapkan melalui bahtsul masail (forum musyawarah keagamaan) dan pengajian kitab kuning dengan dua metode utama, yaitu sorogan (santri membaca di hadapan guru) dan bandongan (guru membaca, santri menyimak).

Selain pendidikan formal dan keagamaan, kehidupan santri juga dibentuk melalui berbagai tradisi khas pesantren yang diwariskan turun-temurun.

Tradisi Santri Lirboyo yang Masih Lestari

Ro’an

Ro’an merupakan tradisi kerja bakti massal untuk menjaga kebersihan lingkungan pesantren. Bagi para santri, kegiatan ini tidak sekadar bersih-bersih, tetapi juga bentuk khidmah (pengabdian) kepada pesantren dan para kiai.

CEK BERITA UPDATE LAINNYA DISINI (KLIK)

Para kiai menanamkan nilai bahwa khidmah merupakan jalan keberkahan ilmu. Ro’an menjadi simbol pengabdian tenaga (khidmah bin nafs) yang menumbuhkan rasa tanggung jawab, kebersamaan, dan kepedulian sosial di kalangan santri.

Pencak Dor

Pencak Dor adalah seni bela diri tradisional khas Lirboyo. Selain melatih fisik dan pertahanan diri, Pencak Dor juga mengajarkan nilai moral dan religius yang sejalan dengan kehidupan pesantren.

Keunikan inilah yang menjadikan Pencak Dor sebagai simbol semangat santri dan identitas budaya Lirboyo.

Bersalaman dengan Guru (Musafahah)

Tradisi musafahah dilakukan setiap usai salat Jumat. Para santri melaksanakan tahlil bersama di makam para pendiri pesantren yang dipimpin oleh KH. M. Anwar Manshur, kemudian berbaris untuk bersalaman dengan beliau.

Tradisi ini mencerminkan kedekatan santri dengan guru dan menjadi sarana untuk mencari keberkahan ilmu. Bersalaman dengan guru diyakini sebagai amalan sunnah yang membawa banyak fadilah.

Lirboyo, Penjaga Tradisi Pesantren

Hingga kini, Pondok Pesantren Lirboyo tetap konsisten mempertahankan nilai-nilai tradisional sambil menggabungkan pendidikan klasik dan keislaman dengan pembentukan karakter santri.

Dari surau kecil yang berdiri lebih dari seabad lalu, Lirboyo kini menjelma menjadi pusat keilmuan Islam terbesar di Jawa Timur sekaligus penjaga tradisi pesantren yang tak lekang oleh waktu. (*)

About The Author

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses