Warning: file_get_contents(): https:// wrapper is disabled in the server configuration by allow_url_fopen=0 in /home/u6386763/public_html/wp-content/themes/publisher/includes/libs/better-framework/functions/other.php on line 612

Warning: file_get_contents(https://borobudurnews.com/wp-content/plugins/better-adsmanager//js/adsense-lazy.min.js): failed to open stream: no suitable wrapper could be found in /home/u6386763/public_html/wp-content/themes/publisher/includes/libs/better-framework/functions/other.php on line 612

Kasus 11 Siswa SD Menyayat Tangannya Sendiri Gegara Trend Media Sosial

BNews-JATIM– Kasus 11 siswa Sekolah Dasar (SD) yang menyayat tangannya sendiri dengan diduga mengikuti tren di media sosial TikTok sedang menjadi sorotan di kalangan masyarakat.

Untuk mengatasi masalah ini, anggota Samapta Kepolisian Resort Situbondo telah melakukan razia terhadap pedagang mainan di sekolah. Dengan tujuan mencegah penjualan barang berbahaya yang bisa disalahgunakan oleh siswa, seperti benda-benda tajam.

Dalam razia tersebut, Kasat Samapta Polres Situbondo, AKP Sudpendi, mengungkapkan bahwa tidak ada benda atau barang mencurigakan yang ditemukan.

“Meskipun demikian, pihak kepolisian tetap melakukan patroli dan memberikan imbauan kepada pedagang; yang berjualan di dua sekolah di area Situbondo,” katanya.

Kapolres Situbondo, AKBP Dwi Sumrahadi Rakhmanto, menyatakan akan menyelidiki motif pedagang dalam menjual mainan-mainan; yang diduga digunakan oleh siswa untuk melukai diri mereka sendiri.

“Saya berharap agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan,” tegasnya.

Psikolog Universitas Jember, Senny Weyara Dienda Saputri S.Psi. M.A, menganggap konten di TikTok yang membuat 11 siswa menyayat tangannya; sebagai sesuatu yang berbahaya bagi anak-anak.

DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)

Ia menyoroti pengaruh konten-konten viral tersebut terhadap mental pembaca, khususnya para remaja dan anak-anak.

Senny menegaskan bahwa anak-anak yang mengikuti konten di TikTok tersebut sebenarnya hanya ingin mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitar.

“Mereka terdorong untuk mengikuti tren tersebut walaupun mereka tahu bahwa itu salah,” katanya.

Senny menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak-anak yang sedang mencari jati diri dan ingin mendapatkan pengakuan tersebut. Pendampingan dari orang tua dan pendidik harus dilakukan sejak awal untuk mencegah dampak negatif yang lebih luas dari kasus ini.

Orang tua juga harus terlibat aktif dalam berdiskusi dengan anak-anak mengenai fenomena viral yang sedang terjadi, karena TikTok tidak memiliki filter yang membatasi konten yang masuk ke akun seseorang.

Dengan meningkatkan kesadaran akan bahaya konten tersebut dan melibatkan orang tua serta pendidik; diharapkan kasus serupa tidak akan terulang di masa depan.

“Kita perlu mengedepankan keselamatan dan kesejahteraan anak-anak demi menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi mereka,” katanya. (*/tribun)

About The Author

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!