Awal Mula Babi Ngepet Menjadi Kepercayaan Bisa Kaya Tanpa Bekerja
BNews–NASIONAL– Kasus Isu babi ngepet menghebohkan Warga Bedahan, Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat (Jabar). Kehebohan ini muncul setelah seekor babi yang disangka babi ngepet ditangkap dan dibunuh.
Lalu bagaimana asal-usul mitos babi ngepet ini bermula? Mitos babi ngepet memang sudah hidup dan berkembang menjadi cerita rakyat di Indonesia.
Meskipun ada di mana-mana, cerita babi ngepet ini lekat dalam masyarakat Betawi. Seperti yang dimuat dalam buku Cerita Rakyat Betawi (2004) terbitan Dinas Kebudayaan dan Pemuseuman DKI Jakarta; babi ngepet digambarkan sebagai siluman babi yang berasal dari gunung.
Ilmu babi ngepet ini bisa didapat dari seorang kuncen gunung. Syaratnya, harus tersedia tumbal satu orang dari keluarga mereka yang ingin menjadi babi ngepet.
Nantinya, orang bisa berubah menjadi babi ngepet setelah memakai rompi dan bersujud. Babi ngepet bisa mengambil uang orang dengan hanya menggesek-gesekan tubuhnya pada dinding rumah.
Lalu, bagaimana asal-usul kepercayaan babi ngepet ini muncul? Sejarawan Kuntowijoyo dalam bukunya, Muslim Tanpa Masjid; menjelaskan bahwa kepercayaan terkait pesugihan seperti babi ngepet dan tuyul ini muncul dari budaya masyarakat agraris.
Sebab, dalam masyarakat agraris, petani tak bisa menjadi kaya tanpa memperluas lahan pertanian dan membuat petani lain miskin.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
Maka dari itu, kemudian muncul kepercayaan soal babi ngepet yang membuat orang menjadi kaya tanpa bekerja. Ringkasnya, kepercayaan babi ngepet ini muncul karena masyarakat agraris dulu meyakini bahwa mencari kekayaan harus dengan bekerja keras di lahan pertanian, bukan berleha-leha di rumah.
Tentu, jika dikaitkan dengan konteks masyarakat modern di era Industri 4.0, kepercayaan ini tidak relevan lagi. Karena sekarang orang bisa bekerja dari rumah untuk mencari nafkah tanpa harus pergi ke ladang atau kantor.
Sebelumnya, sebuah video viral di media sosial babi ngepet beraksi di Kota Depok, Jawa Barat (Jabar). Warga pun menangkap babi ini dan memasukkannya ke kandang.
Dari video dan narasi yang beredar, babi ngepet ini ditangkap di kawasan Bedahan, Sawangan, Depok. Babi ini ditangkap dini hari di RT 02 RW 04, pukul 00.20 WIB.
“Ya untuk sampai saat ini, sampai kronologi semalam ini, ya itu memang babi ngepet,” kata Ketua RW 4 Bedahan Abdul Rosad saat dihubungi, Selasa (27/4).
Babi tersebut sempat disebut mengalami perubahan bentuk tubuh. Namun akhirnya babi ini dibunuh agar tak menimbulkan kerumunan warga.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak melalui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Danau, Situ, dan Embung (DSE) melaksanakan penandatanganan kontrak pembangunan Embung Bandungrejo, Selasa (27/4) di Yogyakarta. Fungsi utama embung ini adalah untuk irigasi, dengan potensi lahan yang diairi mencapai 34 Ha.
Kepala BBWS Serayu Opak Dwi Purwantoro mengharapkan pembangunan Embung Bandungrejo segera dimulai dan pengambilan uang muka segera dilaksanakan. Kualitas dan kuantitas pekerjaan harus dijaga, serta perlu dilakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat.
Embung Bandungrejo terletak di Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Volume tampungan embung sebesar 9.353 m3 dengan luas genangan 2.530 m2. Kedalaman muka air normal mencapai 8 meter, dengan tinggi tanggul 9,50 meter. Embung dibangun oleh penyedia jasa PT. Asti Wijaya PB dengan waktu pengerjaan 210 hari kerja (HK). (as/ifn)
Lebih lanjut ia mengungkapkan, jika dilakukan tes DNA, apakah DNA manusia atau hewan akan sulit dibuktikan. Namun wujudnya adalah hewan babi.
“Masalahnya kan gini… kalau kita bicara tes DNA ya, tes DNA bisa misalnya ini babi, ya kalau kita lihat dari secara morfologinya ini babi. Tapi kalau dari tes DNA ini DNA manusia atau DNA babi, ya, susah juga ya, karena satu dalam terminologi itu tidak ada babi ngepet ya, tapi kalaupun di tes DNA pun juga ya kalau saya sih yakinnya itu DNA babi ya,” ujarnya. (*)