Bus Pariwisata Masuk Jogja Akan Diminta Putar Balik, Ini Rincian dan Alasannya

BNews–JOGJA– Bagi Bus Pariwisata dari luar daerah akan diminta putar balik saat memasuki wilayah Jogja. Hal tersebut jika mereka tidak dapat menunjukkan surat keterangan rapid test dengan hasil nonreaktif.

Pelaksanaan tersebut akan intens dilakukan oleh Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta. “Perintah putar balik atau ditolak masuk jika kru atau awak bus tidak dapat menunjukkan hasil rapid test,” kata Kepala Seksi Pengendalian Lalu Lintas Dishub DIY Lazuardi saat dihubungi di Yogyakarta, Rabu (28/10/2020).

Lazuardi mengatakan aturan itu perlu diterapkan karena awak bus diasumsikan kerap bertemu banyak penumpang yang berasal dari berbagai zona sehingga riskan terpapar COVID-19. “Ini sesuai instruksi Menteri Perhubungan,” imbuhnya.

Ia menyampaikan juga, bahwa pengecekan terhadap bus pariwisata diintensifkan dengan menggelar patroli secara acak. Untuk lokasinya, lanjutnya akan berlangsung di sejumlah kawasan destinasi wisata di lima kabupaten/kota selama libur panjang cuti bersama.

Selain memastikan awak atau kru angkutan pariwisata memiliki surat keterangan rapid test, petugas juga akan memeriksa ketersediaan Protokol Kesehatan. Yakni antara lain hand sanitizer, penerapan protokol kesehatan dan pemakaian masker di dalam bus, serta persyaratan laik jalan untuk kendaraan umum maupun bus pariwisata.

“Untuk pelanggaran penyediaan hand sanitizer serta protokol kesehatan kami akan mengedukasi dan memberikan masker. Sedangkan pelanggaran persyaratan laik jalan akan ditilang,” ujarnya.

Patroli penegakan tertib protokol kesehatan itu akan dilakukan bersama-sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DIY dalam Satgas Penanganan COVID-19 DIY.

DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)

Selama libur panjang akhir pekan, petugas Dishub DIY bersama jajaran terkait juga akan melakukan upaya pengendalian rekayasa lalu lintas untuk mengantisipasi potensi kepadatan arus di sejumlah titik.

Pemantauan dan pengendalian arus lalu lintas, kata dia, akan terfokus di empat titik terluar DIY yakni di Prambanan (Kabupaten Sleman), Tempel (Sleman), Patuk (Gunung Kidul), serta Temon (Kulon Progo).

“Mana kala terjadi kepadatan atau kemacetan lalu lintas di ruas jalan atau pun di simpul-simpul transportasi; maka kami akan bersinergi dengan jajaran terkait untuk melakukan penanganan baik secara teknis maupun taktis lapangan,” pungkasnya. (*/Lubis)

About The Author

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!