Kamu Perlu Tahu, Ini Perbedaan Penanggalan Jawa dan Hijriah

BNews—MAGELANG— Masyarakat jawa pasti tahu tentang weton itu apa. Mereka tahu hal itu biasanya dari orang tua mereka secara turun temurun dan banyak tertera dalam buku yang disebut Primbon Jawa.

Banyak yang masih berpegang teguh dengan kepercayaan peninggalan leluhur tersebut. Banyak juga yang sudah menganggapnya sebagai mitos atau ramalan belaka. Sebenarnya bagaimana sejarah munculnya istilah Weton Jawa dalam sebuah catatan yang bernama Primbon Jawa tersebut sehingga banyak hitung-hitungan yang disangkut pautkan dengan hari baik, jodoh, rejeki dan lainnya dalam kehidupan masyarakat jawa.

Zaman dahulu, dibutuhkan perjuangan keras untuk dapat bertahan hidup. Ketergantungan itu mencakup alam sekitar yang dimanfaatkan semaksimal mungkin agar beberapa hal dan fenomena yang barusaja terjadi (belum pernah terjadi sebelumnya) bisa mendalami, mencermati dan mempelajari gejala – gejala alam agar mendapatkan hasil yang lebih baik dan terhindar dari kegagalan maupun musibah.

Setiap ada kejadian apapun, mereka selalu mencatat didaun tal (siwalan). Metode ini dilakukan mengingat belum adanya pensil dan kertas untuk memori kejadian mereka. Karena tulisan daun tal tersebut, maka sering di sebut tulisan ron tal (dalam bahasa jawa, ron berarti daun) atau sering di pelesetkan menjadi lontar.

Catatan-catatan fenomena alam yang polanya telah teruji kebenarannya tersebut sebagian mulai di tata menjadi sistem penanggalan, sistem musim, dan sisi rasi bintang.sebagian lagi di pakemkan menjadi catatan tanda-tanda alam,seperti letak tahi lalat, kedutan, mimpi, pengetahuan obat-obatan, ilmu kesaktian, dongan (do’a), cerita karangan kuno dan masih banyak lagi. Untuk mempermudah sekaligus sebagai pedoman generasi penerus anak muda, karangan-karangan tersebut di kumpulkan menjadi satu buku induk tempat menyimpan pengetahuan penting yang disebut dengan primbon. Primbon berasal dari kata bahasa Jawa Bon (mbon atau mpon) yang berarti induk, lalu kata tersebut mendapat awalan pri atau peri yang berfungsi meluaskan kata dasar.

Jadi kesimpulannya, buku Primbon dapat di artikan sebagai induk dari kumpulan-kumpulan catatan pemikiran orang Jawa Kuno. Catatan-catatan yang dimuat menjadi sebuah kitab (kitab primbon) dianggap penting. Pengetahuan penting itu lalu di kumpulkan mejadi sebuah buku primbon yang menjadi sumber rujukan orang-orang jawa sejak zaman dahulu untuk panduan menjalani kehidupan sehari-hari.

Primbon Jawa kuno dibuat pada zaman pemerintahan Sultan Agung Mataram. Bentuk dan penghitungan kalender Jawa hampir sama dengan kalender Hijriyah yang digunakan oleh umat Muslim. Keduanya sama-sama memiliki jumlah bulan yang sama, hanya saja nama bulannya yang berbeda dan jumlah harinya yang sedikit berbeda.

Berikut beberapa perbedaan dan kesamaan penanggalan bulan Jawa dengan Hijriah:

Bulan dalam kalender Masehi :

1. Januari
2. Februari
3. Maret
4. April
5. Mei
6. Juni
7. Juli
8. Agustus
9. September
10. Oktober
11. November
12. Desember

Bulan dalam kalender Jawa :


1. Sura
2. Sapar
3. Mulud
4. Bakda Mulud
5. Jumadil Awal
6. Jumadil Akhir
7. Rejeb
8. Ruwah
9. Pasa
10. Syawal
11. Dulkangidah
12. Besar

Penanggalan hari dalam kalender Hijriah :

1. Senin
2. Selasa
3. Rabu
4. Kamis
5. Jumat
6. Sabtu
7. Minggu

Penanggalan hari/ pasaran dalam kalender Jawa :

1. Pahing
2. Pon
3. Wage
4. Kliwon
5. Legi

Misalnya Senin Pon atau Minggu Pahing dsb. Seperti yang telah diterangkan sebelumnya, hasil dari catatan-catatan yang dimasukkan ke buku induk salah satunya adalah penanggalan. Hitungan hari dalam kalender Jawa itulah yang menjadi dasar perhitungan ramalan primbon Jawa. Primbon Jawa kuno digunakan untuk mengetahui sifat seseorang, keberuntungan, hari baik, kecocokan jodoh, serta seluk beluk kehidupan yang ingin diketahui oleh manusia. (Internet/bsn)

About The Author

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!
%d blogger menyukai ini: