Rencana Ekploitasi Jurangjero, MWC NU Srumbung Audiensi Dengan Kapolres Dan PBNU
BNews–MAGELANG– Rombongan Pengurus Mahlis Wakil Cabang Nadlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Srumbung berkunjung ke Mako Polres Magelang. Hal tersebut dilakukan beberapa hari yang lalu, dan langsung bertemu dengan Kapolres Magelang AKBP Ronald A Purba.
Audiensi tersebut dilakukan terkait sikap Penolakan yang dilakukan oleh MWC NU bersama Masyarakat, terkait rencana Eksploitasi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Tepatnya di kawasan hulu Sungai Putih wilayah Jurang Jero, Kecamatan Srumbung.
“Kami menjelaskan perihal kondisi ekonomi dan sosial masyarakat yang ada diwilayah lereng Gunung Merapi, utamanya Kecamatan Srumbung, yang saat ini dalam kondisi kondusif segalanya. Maka kami tidak ingin kondusifitas masyarakat ini berubah nanti dengan adanya rencana eksploitasi kawasan TNGM,” jelas Sutoyo, Pengurus Tanfidziyah NU Srumbung.
Dalam pertemuan itu, MWC NU Srumbung yang diwakili oleh jajaran Syuriah, dan Tanfidzyiyah, juga menyampaikan terkait dampak jika hal tersebut terjadi. Dimana bahwa yang akan terjadi selain kerusakan infrastruktur juga hilangnya sumber mata air baku.
“Saat ini warga di lima Desa yakni Tegalrandu, Ngargosoko, Mranggen, Srumbung dan Ngablak, mengambil sumber air bersihnya dari Sungai putih. Maka kalau terjadi eksploitasi di Sungai putih, dikhawatirkan sumber air juga akan hilang,” Imbuh Sutoyo.
Menurutnya, saat ini sudah ada 6 (enam) perusahaan yang tengah mengajukan ijin persetujuan untuk melakukan eksploitasi dalam bentuk normalisasi dan mitigasi hulu sungai putih. Khususnya diwilayah kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) hulu Sungai Putih wilayah Jurang Jero, Kecamatan Srumbung.
Bukan hanya MWC NU Srumbung yang menolak rencana itu, namun 10 (sepuluh) Kepala Desa dan Masyarakat lereng gunung merapi juga telah menyatakan keberatan. Yakni dengan adanya rencana eksploitasi tersebut.
“Sepuluh desa tersebut masing – masing adalah Desa Tegalrandu, Ngargosoko, Mranggen, Srumbung, Ngablak, Banyuadem, Pucanganom, Polengan, Pandanretno dan Desa Bringin,” tandasnya.
AUDIENSI DENGAN PBNU
Sebelumnya, MWC NU Kecamatan Srumbung juga mendatangi Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta. Dimana disana untuk meminta dukungan terhadap aksi MWC NU Kecamatan Srumbung melokas eksploitas tersebut.
Hasilnya PBNU, mendukung penuh atas sikap MWC NU Srumbung, Kabupaten Magelang tersebut. Yakni yang menolak rencana eksploitasi material galian C di kawsan Taman Nasional Gunung Merapi.
Dukungan tersebut disampaikan langsung oleh Ketua Tanfidziyah PBNU KH Said Aqil Siraj di Kantor PBNU di Jakarta beberapa waktu lalu, saat menerima Rombongan MWC NU Srumbung.
“Nggeh saya ijinkan dan saya restui, mugi khasil maksud,” jawab Kyai Said Aqil Siroj menjawab paparan Rais Syuriyah Kyai Ahmad Bahakudin Syah, dan ketua Tanfidziyah H. Muslikh M.PdI.
Dalam pertemuan itu, MWC NU Srumbung yang diwakili oleh Kyai Ahmad bahkudin Syah selaku rais Syuriah, dan H Muslikh selaku ketua Tanfidzyiyah, menyampaikan bahwa dampak yang akan terjadi selain kerusakan infrastruktur juga hilangnya sumber mata air baku.
“Saat ini warga di lima Desa yakni Tegalrandu, Ngargosoko, Mranggen, Srumbung dan Ngablak, mengambil sumber air bersihnya dari Sungai putih, maka kalau terjadi eksploitasi di Sungai putih, dikhawatirkan sumber air juga akan hilang,” papar H Muslikh.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
“Kalau sampai air bersih hilang, maka warga kesulitan bukan hanya soal memasak dan mandi. Namun ketika wudhu untuk ibadah juga akan kesulitan,” tambah Kyai Ahmad bahakudin.
Selain melaporkan atas sikap organisasi perihal rencana eksploitasi material galian C di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi; rombongan juga melaporkan perihal kegiatan kegiatan yang sudah dan tengah dilakukan oleh MWC NU Srumbung lainnya.
Kegiatan yang dilaporkan antara lain program Koin NU, program mendirikan NU Mart dan Program Ambulans NU gratis. “Alhamdulilah semuanya sukses dan membawa manfaat bagi jamiyah khususnya, dan masyarakat umumnya,” jelas H Muslikh lagi.
Pertemuan tersebut berlangsung penuh keakaban, namun tanpa meninggalkan takdzim dan tawadzuk selayaknya santri dengan kyainya. “Semoga pertemuan ini membawa keberkahan bagi warga NU khususnya, dan masyarakat pada umumnya,” pungkas Kyai Said. (*)