Warning: file_get_contents(): https:// wrapper is disabled in the server configuration by allow_url_fopen=0 in /home/u6386763/public_html/wp-content/themes/publisher/includes/libs/better-framework/functions/other.php on line 612

Warning: file_get_contents(https://borobudurnews.com/wp-content/plugins/better-adsmanager//js/adsense-lazy.min.js): failed to open stream: no suitable wrapper could be found in /home/u6386763/public_html/wp-content/themes/publisher/includes/libs/better-framework/functions/other.php on line 612

Makna Prosesi Jamasan Pusaka Tosan Aji Secara Aspek Ilmiah

BNews–MUNTILAN– Bulan Muharram yang sering juga disebut Sasi Suro (Bulon Suro) ini memang merupakan pergantian tahun dalam agama Islam. Namun juga dalam tradisi dan budaya, banyak hal yang dijadikan sebuah kearifan lokal.

Dimana perkembangan modern dan semakin maju ini kearifan lokal tersebut tetap ada dan dilestarikan. Termasuk dalam prosesi “Jamasan” atau sering disebut mencuci pusaka atau benda peninggalan kerajaan.

Pengenalan budaya jamasan tersebut terus dilakukan dan dikenalkan kepada generasi zaman sekarang. Termasuk halnya yang dilakukan oleh Awaludin Setya Aji warga Gunungpring Muntilan, yang mengenalkan proses tersebut dari aspek ilmiah.

” Sudah saatnya kita coba mengenal istilah jamasan tersebut dari aspek ilmiah. Mau tidak mau harus kita akui, orang dulu termasuk Mbah kita sendiri sudah melakukan rangkaian persiapan untuk prosesi jamasan,” katanya.

Menurutnya, Hal ini kalau mau ditelusur dengan aspek ilmiah tentu akan sangat banyak ilmu yang kita dapat. “Termasuk jamasan tosan aji dari sisi ilmiah dapat diartikan sebagai kegiatan untuk membersihkan karat yang melekat pada sebuah keris. Termasuk warangka dan bagian-bagian keris yang lain,” ungkapnya.

Dalam Jamasan tersebut, lanjutnya mengandung nilai merawat dan membuka. Bahkan ketika jamasan dilakukan bersama keluarga, membuka tosan aji bersama-sama tentu nilai kebersamaan dan kekeluargaan ada disana.

Kenapa sebelum jamasan ini perlu dilihat aspek ilmiahnya, ya karena kalau dihubungkan dengan klenik ataupun sesuatu yang kurang masuk akal, pada kurang tertarik.

DOWLOAD MUSIK KEREN (KLIK DISINI)

“Seperti contoh kenapa sebelum jamasan harus ada sesaji beras ketan dan gula Jawa?, Hal itu dari segi ilmiahnya adalah ketika nanti kita terluka dalam proses penjamasan tosan aji; yang tentunya bilahnya mengandung arsenik, gula Jawa dan ketan ini dapat dikunyah bersamaan kemudian di tempelkan pada yang terluka. Dan ternyata antara gula Jawa dan beras ketan ini mengandung zat yang digunakan untuk mempercepat pembekuan luka,” paparnya.

Aji mengungkapkan juga, bahkan ketika seseorang tersebut keracunan karena menghirup arsenik yang terkandung dalam bilah keris ketika diwarangi, hal itu dapat dinetralisir dengan air kelapa muda. Dan setelah itu biasanya orang yang menghirup arsenik akan tidak berdaya atau tidak mempunyai tenaga. Disinilah fungsi dari telur dan pisang disediakan, yaitu untuk memulihkan tenaga.

“Jadi kalau ditinjau secara ilmiahnya jelas ada. Kenapa sebelum jamasah harus ada sesaji beras ketan, gula Jawa, kelapa muda, telor ayam kampung dan pisang. Kita bisa bayangkan, simbah-simbah kita daya pikirnya sudah sampai disitu. Ini kan luar biasa,” ungkapnya.

Dalam jamasan tersebut, Kata Dia juga terdapat pelajaran reaksi kimia antara benda padat cair dan gas. Termasuk perbandingan unsur meteorit dan intan. Proses itu juga mengajarkan kita tentang kerapian, tata urutan dan keselamatan.

“Ini penting diketahui. Jadi jamasan benda pusaka itu harus dilakukan dengan urutan yang benar. Itu bukan berarti karena tosan aji ini wingit atau ada apanya, namun lebih kepada aspek keamanan,” tegasnya.

Aji yang memiliki koleksi sekitar 301 buah tosan aji mengatakan dalam kurang lebih satu Minggu ini dimulai pada hari Kamis 13/08 sudah dilakukan prosesi jamasan tosan aji ditempatnya. Ia lakukan proses jamasan tersebut bersama pemerhati tosan aji seperti Dedi Suprabowo dan lainnya.

DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)

“Bahkan banyak hal yang telah didiskusikan, ya mengenai aspek ilmiah jamasan,” ujarnya.

Dirinya berharap memahami tosan aji bukanlah sesuatu yang klenik ataupun harus disembah-sembah. Melainkan tosan aji tersebut adalah benda warisan budaya yang harus dijaga.

“Ketika masyarakat sudah mulai terbuka untuk dapat memahami jamasan dan tosan aji secara aspek ilmiah, semoga semakin banyak yang akan mencintai benda warisan budaya,” harapnya.

” Yang pasti semua yang berhubungan dengan jamasan tentunya ada aspek ilmiahnya. Kalau dijabarkan akan sangat memakan waktu lama. Karena banyak sekali pelajaran yang dapat diambil. Terlepas dari urusan klenik, itu sudah ranah yang berbeda,” pungkasnya. (*/bsn)

About The Author

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!