59 Tahun Lestarikan Soreng, Ratusan Penari Peringati di SWJ Bandungrejo Ngablak

BNews–MAGELANG--Bicara seni dan budaya di Kabupaten Magelang bisa dikatakan tidak akan pernah ada habisnya. Merawat dan melestarikan seni budaya seperti sudah mendarah daging di masyarakat Magelang.

Salah satunya di Sanggar Seni Warga Setuju (SWS) di Bandungrejo Kecamatan Ngblak Kabupaten Mgelang ini. Mereka menggelar acara bertajuk 59 Tahun Berkarya, Pulih Lebih cepat Bangkit Lebih Kuat.

Acara tersebut dimeriahkan ratusan seniman dari Kabupaten Magelang dan sekitarnya. Dimana digelar di Sanggar Pangrumpakan Budaya SWS Bandungrejo, Jumat (18/8/2022) hingga Sabtu (19/8/2022).

Prosesi diawali dengan memandikan kuda kepang di Rawa Pethi oleh seluruh peserta pada Jumat (18/8/2022) pukul 21.00 WIB. Sebagai informasi, Rawa Pethi merupakan tempat yang dipercayai memiliki daya magis.

Kemudian, Sabtu (19/8/2022) pukul 08.00-09.00  acara dilanjutkan dengan tradisi Ambengan atau selamatan. Dimana dipimpin kyai serta sesepuh adat di panggung pementasan, agar pertunjukan berjalan dengan lancar.

Kemeriahan mulai terasa saat SWS menampilkan Tari Soreng andalannya diiringi musik gamelan yang ditabuh sendiri oleh warga desa. Seluruh warga desa pun berbondong-bondong datang untuk menonton pertunjukan para penari SWS.

Tak hanya Soreng, pertunjukan juga dimeriahkan Tari Warok, Kubra Dangdut (Brodut); Gedrug yang diperankan berbagai kalangan mulai usia anak hingga orang tua. Meski hanya dipersiapkan dalam waktu 1 bulan, malam itu, SWS mampu menggebrak panggung dan memukau para penontonnya.

DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)

Sanggar seni yang sudah berkiprah lebih dari separuh abad itu tak hanya tampil di daerah Magelang saja. SWS bahkan pernah menjadi bintang tamu saat upacara 17 Agustus di Istana Negara pada 2019 dibawah asuhan Eko Supriyanto (Eko Pece).

Seorang penari, Sulistyo (28) mengaku, ia dan rekan-rekan SWS merasa bangga dengan pengalaman tersebut. “Kami juga pernah pentas kebudayaan membawakan Tari Soreng ke Jakarta Bali Surabaya,” katanya.

Menurut dia, penampilannya di berbagai kota besar dan Istana Merdeka itu menjadi pengalaman sekaligus pembelajaran baru.

“Saya dan teman-teman bisa mengasah kreativitas, kemampuan sekaligus bangga tentunya, tarian kami bisa dilihat langsung Presiden Republik Indonesia,” ujarnya.

Sulis pun berharap, SWS bisa mengembangkan sayap dan berkarya di kancah internasional.

Sementara itu, Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta yang juga pendamping SWS, Harji, mengatakan, Tari Soreng Bandungrejo sebagai kesenian rakyat, mempunyai keunikan yang dapat dilihat pada garap cerita, gerak tari, tata rias, tata busana, dan musik pengiringnya.

“Keunikan bentuk dan daya tarik itulah yang menjadi aset wisata Magelang,” jelasnya.

Lebih lanjut, Harji menuturkan, hingga saat ini SWS menjadi laboratorium kesenian dan pusat konservasi kesenian Soreng karena warganha konsisten dalam gerak musik dan rasa

Secara ritusnya dan pagelarannya menjadi salah satu lahan konservasi di wilayah Gerabag Ngablak, Pakis.

Senada dengan Harji, Kepala Komite Seni Budaya Nasional Kabupaten Magelang, Mul Budi Santosa mendukung pelestarian Soreng.

“Targetnya, Soreng bisa ditampilkan pada skala internasional di berbagai negara melalui lawatan kebudayaan,” paparnya.

Sebagai langkah awal, ia menilai, misi kebudayaan bisa dimulai dari pementasan di  negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

“Selain untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada negara luar, misi ini juga bisa menjadi pelajaran sekaligus pengalaman baru bagi para penarinya,” kata Mul. (*)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!
%d blogger menyukai ini: