Banyak Warga Mulai Kurang Peduli Protokol Kesehatan, Ganjar Kumpulkan Pakar
BNews—JATENG—Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sejak maret 2020 lalu, menimbulkan kejenuhan ditengah masyarakat. Banyak dijumpai warga yang mulai kurang peduli terhadap protokol kesehatan.
Sadar dengan kondisi tersebut, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo langsung bergerak cepat dengan mengumpulkan sejumlah pakar ilmu sosial. Diantaranya Prof Mudjahirin Thohir, Prof Saratri Wilonoyudho, Agustina Sulastri dan Annastacia Ediati diundang Ganjar dalam rapat penanganan Covid-19 di gedung A lantai 2 kantor Gubernur Jateng, Senin (27/7/2020).
Ganjar ingin membuat rekayasa perubahan perilaku sosial masyarakat agar lebih masif dalam ketaatan protokol kesehatan. Dari pakar tersebut, ia mendengarkan sejumlah masukan tentang bagaimana cara agar sosialisasi kepada masyarakat bisa efektif.
”Banyak masyarakat yang tidak peduli karena berbagai faktor, salah satunya keyakinan bahwa urusan mati itu urusan Tuhan. Jadi, agar lebih efektif adalah penggerakan tokoh-tokoh agama sebagai garda terdepan sosialisasi pada masyarakat,” kata Prof Mudjahirin.
Sementara psikolog Annastasia mengungkapkan hal tersebut tergantung keyakinan subyektifnya. Yang tidak patuh menilai, bahwa dirinya kuat dan tidak akan terkena penyakit itu.
”Ini memang masalah, kalau orang tidak takut ya tidak akan patuh pada protokol kesehatan. Tapi jangan sekali-kali memberikan hukuman, karena itu membuat rakyat takut dan marah. Ini justru berbahaya karena bisa menurunkan imun dan tingkat kepercayaan publik pada pemerintah,” ungkapnya.
Ganjar menampung semua masukan dari para pakar ilmu sosial tersebut yang nantinya akan dirangkum menjadi kebijakan. ”Memang kami ingin masifkan lagi soal sosialisasi pada masyarakat,” imbuh Ganjar.
”Mereka menyampaikan pada kita, kayaknya lebih baik mengedukasi masyarakat dengan cara memberikan penguatan pada cerita sukses, daripada pemidanaan. Dan saya sepakat dengan masukan itu,” sambungnya.
Download Musik Keren Disini
Selain itu, Ganjar juga menyampaikan bahwa para pakar sepakat untuk memperkuat program Jogo Tonggo. Hanya saja, harus dilebarkan agar bisa berdampak pada komunitas yang lebih kecil.
”Eksistensi Jogo Tonggo tidak hanya di level RW, tapi kelompok kecil. Misalnya ada usulan Jogo Kerjo untuk menjaga di ruang kerja, tempat industri dan kantor-kantor. Jogo Santri di pondok, Jogo Pasar, Jogo Sekolah dan lainnya. Sehingga, semua punya preverensi sendiri-sendiri sesuai lingkupnya,” pungkasnya. (lhr/mta)