Warning: file_get_contents(): https:// wrapper is disabled in the server configuration by allow_url_fopen=0 in /home/u6386763/public_html/wp-content/themes/publisher/includes/libs/better-framework/functions/other.php on line 612

Warning: file_get_contents(https://borobudurnews.com/wp-content/plugins/better-adsmanager//js/adsense-lazy.min.js): failed to open stream: no suitable wrapper could be found in /home/u6386763/public_html/wp-content/themes/publisher/includes/libs/better-framework/functions/other.php on line 612

Festival Lima Gunung 2020 Digelar Di Atap 10 Rumah, Begini Keseruannya

BNews–KAJORAN– Event tahunan Festival Lima Gunung XIX/2020 tetap digelar ditengah pandemi covid-19, kemarin (9/8/2020). Kali ini digelar di lereng Sumbing tepatnya di Dusun Krandegan Desa Sukomakmur Kecamatan Kajoran Magelang.

Namun ada yang berbeda dalam pelaksaannya kali ini, penerapan protokol kesehatan tetap dilakukan dengan ketat. Hal ini guna mencegah menyebarnya covid-19.

Acara yang digelar oleh para Seniman petani Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang, memang rutin dilaksanakan setiap tahun. Lokasi bergiliran di lima gunung yang ada di Magelang, yakni Sumbing, Merbabu, Merapi, Andong dan Menoreh.

Pihak panitia mengelola festival tersebut untuk menghindari kerumuman massa, sebagaimana festival-festival sebelumnya setiap tahun. Para penampil pementasan pun dibatasi hanya sejumlah kelompok kesenian dusun setempat yang pentas di beberapa atap “dak” (cor semen) sejumlah rumah di kawasan itu.

Mereka mementaskan kesenian, antara lain lengger, topeng ireng, beksa wanara arga, sendratari argo sumbing, kuda lumping, warok.

Sejumlah seniman Komunitas Lima Gunung juga melakukan performa gerak seni berjudul “Kebersamaan Indonesia Raya” di salah satu atap rumah warga lainnya. Dimana salah satu seniman mengibarkan bendera Merah Putih.

Warga setempat menonton pementasan dengan tidak mendekat di panggung utama, tetapi di atap dak dan teras rumah-rumah warga dengan mengenakan masker dan jaga jarak. Para anggota Banser dan Linmas desa setempat juga membantu penyelenggara festival untuk memastikan warga tidak mendekati panggung utama, dan menerapkan jaga jarak serta pemakaian masker.

DOWNLOAD MUSIK KEREN (KLIK DISINI)

Para tokoh Komunitas Lima Gunung yang berpidato pada pembukaan festival ditandai pemukulan gong oleh sejumlah perempuan pegiat komunitas itu. Mereka juga menyerukan tentang pentingnya masyarakat menerapkan protokol kesehatan.

Salah satu seniman saat pentas dengan seni tarinya di Festival Lima Gunung
Salah satu seniman saat pentas dengan seni tarinya di Festival Lima Gunung

Sejumlah orang lainnya melakukan siaran langsung melalui kanal media sosial masing-masing. “Itulah makanya pentasnya di ‘dak’ dan tersebar dengan jarak masing-masing kelompok antara seratus hingga dua ratus meter, tetapi iringan tetap dari panggung utama,” ujar Ketua Panitia FLG XIX/2020 Juwahir Sarwo Edi Wibowo.

Para seniman petani komunitas, ujar dia, memandang pentingnya festival tahunan tetap dilaksanakan di tengah pandemi. Mereka beranggapan justru untuk turut mengampanyekan kewaspadaan terhadap penularan virus.

Festival Lima Gunung tahun ini dengan tema “Donga Slamet, Waspada Virus Dunia”. Pada festival tahun ini, pihak komunitas juga menghadirkan pementasan dari jejaring kelompok seniman dari luar daerah dan luar negeri karena pandemi.

Pembukaan festival ditandai dengan doa bersama para tokoh komunitas di makam cikal bakal Dusun Krandegan, Eyang Dipodrono. Dimana berlokasi dekat Sanggar Wargo Budoyo Sumbing.

Dilanjutkan dengan ziarah ke petilasan sosok spiritual dusun setempat Eyang Gadung Mlati dan tokoh yang disebut warga sebagai “Tledhek Buntung”.

Sementara Salah satu seniman, Sitras yang juga pemimpin Padepokan Tjipto Boedojo Tutup Ngisor di kawasan Gunung Merapi mengatakan tentang pentingnya kesadaran.Khususnya bagi warga desa-desa dan gunung-gunung terhadap penerapan protokol kesehatan di tengah pandemi.

“Sadar protokol kesehatan, semua tertib jaga jarak. Festival Lima Gunung menjadi contoh di berbagai tempat. Komunitas Lima Gunung tetap bisa mengadakan festival dengan tertib protokol kesehatan,” katanya.

“Ada orang merasa aturan pemerintah (protokol kesehatan, red.) merepotkan, tetapi justru itu sebenarnya menyelamatkan kita semua,” pungkansya. (*/her)

About The Author

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!