Kisah Pilu Empat Bocah Yatim yang Merawat Sang Nenek Lumpuh
BNews-NASIONAL- Dalam sebuah desa di Saitagaramba, Kecamatan Sogaeadu, Kabupaten Nias, Sumatera Utara (Sumut); terdapat empat bocah bersaudara yang menderita kehidupan yang pilu.
Mereka menjadi yatim setelah kepergian sang ibu setelah ayah mereka meninggal dunia dua tahun yang lalu. Dalam situasi sulit ini, keempat bocah itu dengan penuh pengabdian merawat sang nenek yang lumpuh.
Bahkan, anak bungsu yang berusia 10 tahun rela bekerja untuk membiayai kakaknya agar tetap bisa bersekolah.
Sebelum sang ayah meninggal dunia, kehidupan mereka berjalan normal dan tidak mengalami kesulitan ekonomi.
Namun, sejak takdir membawa mereka ke dalam situasi ini, kedua anak sulung dan bungsu terpaksa harus berhenti sekolah karena tidak ada lagi yang bisa membiayai mereka.
Dalam tragedi yang menyayat hati ini, sang anak bungsu, yang baru berusia 10 tahun, berani bekerja demi mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sekolah kakak-kakaknya. Kakak tertua mereka juga melakukan hal serupa.
Ceriani Dohare, anak ketiga dari keempat bersaudara ini, membagikan kisah hidup mereka sejak sang ayah meninggal dunia. Ia menceritakan bagaimana ibu mereka memilih pergi dan menikah dengan pria lain.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
“Untuk membeli perlengkapan sekolah seperti pena, buku, dan lainnya, saya meminta adik bungsu kami untuk memanjat pohon pinang dan pohon kelapa. Hasil dari penjualan kelapa dan pinang itu kami gunakan untuk membiayai kebutuhan sekolah,” ujar Ceriani Dohare pada hari Minggu (9/10/2023).
Sementara itu, kedua saudari mereka tetap melanjutkan pendidikan mereka. Anak kedua sudah duduk di kelas 1 SMK, sedangkan anak ketiga duduk di kelas 6 SD.
“Dengan ayah yang sudah meninggal dan ibu yang pergi tanpa jejak, kami empat bersaudara, terdiri dari dua laki-laki; dan dua perempuan. Hanya saya dan kakak saya yang tetap bersekolah, sementara abang sulung dan adik bungsu kami; tidak bisa melanjutkan pendidikan mereka karena mereka harus bekerja untuk kami,” lanjut Ceriani.
Sementara itu, sang nenek, Buluami Gulo, juga memberikan pengakuan bahwa mereka sangat membutuhkan bantuan dan belas kasihan dari para orang yang peduli.
“Anakku sudah meninggal dan menantu pergi dan menikah dengan orang lain. Kami tinggal di rumah ini, kami lima orang: saya dan empat cucu. Jika ada yang mau memberikan bantuan kepada kami, kami sangat menghargainya,” ucap Buluami Gulo; sambil menahan tetes air mata yang berlinang di pipinya. (*/desernews)