Masih Ada Satu Lantai Terbawah Di Candi Borobudur Yang Tidak Digali, Ini Alasannya
BNews–MAGELANG– Pernah berkunjung ke Candi Borobudur yang berlokasi di Kabupaten Magelang Jawa Tengah? Kalian pasti melihat susunan lantai hingga puncak yang terdapat stupa besarnya.
Dan tahukah kalian, ada berapa lantai di Candi Borobudur tersebut ? iya, yang terlihat terdapat 8 lantai yang biasa dinaiki atau lalu oleh para pengunjung.
Tetapi tahukan kalian, masih terdapat satu lantai terbawah yang ternyata tidak digali dan ditunjukan kepada para pengunjung. Jadi sebenarnya Candi Borobudur terdapat 9 tingkat. Dan tahu kenapa satu lantai terbawah tidak dibuka? Simak penjelasan berikut ini.
Dilangsir dari laman Kemendikbud RI, Candi Borobudur merupakan susunan binaan (buatan manusia) yang terbuat dari batuan volcanik yang terbentuk karena proses alam berwarna putih keabu-abuan.
Batuan volcanik ini kemudian diolah oleh manusia masa lalu hingga membentuk sejumlah balok batu berukuran rata-rata 25 x 35 x 45 cm.
Bentuk bangunannya berupa bangunan berundak yang merupakan pengembangan dari bangunan periode prasejarah.
Denah di bagian dasarnya berbentuk segi empat bujur sangkar berukuran 125 x 125 m. Tinggi bangunan sekarang dari permukaan tanah hingga puncak stupa induk ± 34 m, dan terdapat tangga naik di ke-empat sisi candi.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
Candi Borobudur dibangun di atas sebuah bukit yang sebagian lapisan tanahnya merupakan tanah urug pada ketinggian ± 270 m di atas permukaan laut. Struktur candi Borobudur ini terbagi atas tiga bagian yang terdiri dari 9 tingkat, dengan rincian sebagai berikut:
Bagian I /bawah terdiri dari 1 tingkat yang disebut Kamadhatu
Bagian bawah yang disebut Kamadhatu adalah kaki candi yang terdiri dari bangunan selasar dan undak. Di belakang kaki candi terdapat relief yang menggambarkan tataran hidup yang masih dikuasai oleh hawa nafsu dan kenikmatan duniawi.
Bagian II /tengah terdiri dari 5 tingkat yang disebut Rupadhatu
Bagian tengah yang disebut Rupadhatu adalah bangunan segi empat yang terdiri dari dinding dan pagar langkan. Di bagian Rupadahatu ini terdapat relief yang menggambarkan kehidupan ideal yang harus ditempuh oleh setiap individu dalam usahanya melepaskan diri dari segala kesengsaraan dan siklus reinkarnasi.
Bagian III /atas terdiri dari 3 tingkat yang disebut Arupadhatu
Bagian atas yang disebut Arupadhatu atau “tanpa perwujudan” adalah bangunan teras bundar yang melambangkan tujuan akhir dari setiap umat (nirwana). Di bagian teras bundar ini tidak memiliki ragam hias kecuali sejumlah stupa yang di dalamnya terdapat patung budha mengelilingi stupa induk.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
Cara mendirikan bangunan candi, yaitu setiap balok batu yang terdiri dari batu luar (outer stone) dan batu isian (inner stone) lapis demi lapis disusun saling mengikat (tidak bareh); dengan cara ditumpuk tanpa perekat hingga membentuk sebuah bangunan sebagaimana terlihat sekarang. Di dalam susunan batu luar maupun batu isian banyak ditemukan sistem perkuatan hubungan antar batu berupa takikan, getakkan, lobang dan pen, serta ekor burung, yang menggambarkan teknologi masa lalu dalam rangka memperkuat stabilitas berdirinya bangunan.
Struktur pondasi candi ini menerapkan sistem pondasi langsung. Yaitu lapisan batu di bawah dinding terletak di atas tanah bukit pada kedalaman 3-6 lapis batu.
Lapisan batu di bawah lantai terletak pada kedalaman 12-16 lapis batu. Sistem drainase pada candi menerapkan system saluran terbuka, yaitu air hujan jatuh langsung ke permukaan lantai. Kemudian disalurkan ke halaman melalui pancuran (gorgoyle) yang terdapat di setiap tingkat, dibuang ke lereng bukit lewat saluran yang terdapat di halaman sekitar candi.
Jadi kenapa bagian bawah atau lantai terbawah tidak dibuka, Petugas Balai Konservasi Borobudur Mura Aristina mengatakan alasan penutupan relief karmawibangga tersebut dilakukan untuk penguatan struktur Candi Borobudur. Pasalnya, jika tidak ditutup bukan tidak mungkin akan terjadi longsor karena beban berlebihan di atas candi.
”Bukan karena tidak pantas dipertontonkan. Itu ditutup untuk penguatan candi borobudur,” katanya.
Dari informasi yang dikumpulkan panel itu pernah dibuka sekitar tahun 1890-1891, bagian yang tertutup itu dibuka seluruhnya oleh fotografer Kasiyan Chepas untuk dipotret satu per satu. Batu bervolume 13000 meter kubik ini diangkat, lalu dikembalikan lagi ke posisi semula. (*)