BNews—SECANG— Sebuah dusun di Kabupaten Magelang ini memiliki nama yang unik. Terletak di Desa Candiretno administrasi wilayah Kecamatan Secang Kabupaten Magelang.
Ada yang bilang Dusun Setan ini akronim dari ‘Secang Wetan’. Namun, nama Dusun ‘Setan’ ini memang sudah seperti itu sejak dahulu, sejak dusun ini berdiri.
Bahkan sejak, Lurah pertama yang memimpin, yakni A Yasir, dari jaman penjajahan hingga tahun 1946.
“Nama dusun Setan ini sudah sejak lama. Sejak A Yasir, lurah pertama di Desa Candiretno, sejak jaman penjajahan sampai dengan 1946. Dahulu, ada dua desa, Desa Candirejo dan Desa Setan, tetapi digabung menjadi Desa Candiretno. Sebagian warga ada yang menjuluki dengan Secang Wetan (Setan). Jadi namanya memang seperti itu, bukan karena apa-apa,” kata Slamet Trianto, (36), Kasi Pemerintahan Desa Candiretno, sekaligus mantan Kadus Setan tahun 2010-2018.
Jumlah penduduk di Dusun Setan, kurang lebih 200 KK atau sekitar 600 jiwa. Mayoritas penduduk di sana berprofesi sebagai buruh tani dan buruh bangunan.
Mulanya, ada dua dusun, tetapi setelah ada perampingan pada tahun 2011, menjadi satu dusun, yakni Dusun Setan.
“Perampingan dan digabung, karena jumlah penduduk sedikit. Pak Sukardi, yang sekarang menjabat Kadus Setan sekaligus Dusun Tidaran,” kata Slamet.
Menurutnya, awalnya, sejumlah warga setempat agak kurang sreg dengan nama dusun mereka tersebut. Bahkan sampai ada yang mengganti alamat di KTP mereka, diubah dari nama Setan menjadi Stan.
Namun, setelah itu, alamat di KTP-el mesti diseragamkan, sehingga warga mengubahnya kembali dengan nama ‘Setan’.
Sejatinya, pengucapan nama Setan itu juga kerap diucapkan keliru.
Awalan ‘Se’ dalam pengejaan Dusun ‘Setan’, menggunakan huruf ‘ê’ dengan pepet, dilafalkan [ə], seperti dalam kata ‘Ketan’.
Namun, orang yang kurang tahu, mengejanya dengan huruf é dilafalkan [e], seperti dalam kata ‘Kecap’.
“Ejaannya, dengan huruf e dikasih pepet dalam bahasa jawa yakni sêtan. Bukan setan (memedi atau hantu). Hanya pengucapan Sêtan dan setan yang sama, membuat warga luar itu mengira sama,” kata Singgih. (her/wan)