BNews–MERTOYUDAN– Keluarga Imam Widiyanto, 27, korban meninggal kecelakaan kapal di Perairan Serawak di Dusun Dawung Desa Banjarnegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang masih diselimuti duka. Perasaan kangen tiga tahun tak bertemu harus diakhiri dengan kabar meninggalnya putra sulung tersebut.
Imam Widiyanto adalah putra sulung dari tiga bersaudara pasangan Waris Widodo, 54 dan Wiji Sukartinah, 51. Menurut Widi, adiknuya, kakaknya itu lulus dari SPP Muhammadiyah Mertoyudan Kabupaten Magelang kemudian bekerja serabutan di Magelang.
Menurutnya, awalnya Imam berangkat ke Malaysia bekerja di sebuah Pabrik. Dua tahun kemudian Imam berpindah kerja ke sebuah kapal pencari ikan. “Baru tiga bulan lalu kakak saya pindah bekerja di kapal tongkang di perairan Sarawak,” ungkapnya.
Wiji Sukartinah, 51, tak kalahs sedih. Ibu almarhum Imam mengungkapkan, setelah adanya kabar itu keluarga mencoba menghubungi telepon selular Imam, namun tidak bisa. WhatsApp Imam pun terpantau online pada Kamis (30/3/2017) pukul 00.13 WIB, sebelum kemudian dikabarkan kejadian kecelakaan pukul 10.00 WIB di hari yang sama.
Komunikasi terakhir Imam dengan keluarga pada 19 Maret 2017 lalu. Saat itu tidak ada firasat apapun yang dirasakan Wiji. Perbincangan antara keduanya juga biasa saja layaknya keluarga. “Kami tidak ada firasat apapun saat itu. Ngobrol biasa saja, saling menanyakan kabar, pekerjaan, dan sebagainya. Saya sempat minta dia pulang karena sudah tiga tahun belum pulang. Tapi dia tidak mau karena katanya sudah cocok dengan pekerjaannya saat ini,” ungkap Wiji.
Wiji mengaku sangat ingin jenazah Imam segera dipulangkan. Bahkan, ia tidak lagi meminta asuransi seperti yang dijanjikan oleh agen jika jenazah Imam diotopsi. Setiap malam keluarganya menggelar doa bersama untuk Imam. “Tidak dapat asuransi tidak apa-apa, yang penting anak saya pulang. Semasa hidup anak saya itu suka membantu keluarga, ikut membiayai sekolah adik-adiknya,” ungkap Wiji. (bn1)
Berita Lainnya