Ritual Dan Napak Tilas Ratusan Warga Merapi Magelang Untuk Kelestarian Lingkungan
BNews-MAGELANG– Ratusan warga Desa Sumber Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang berduyun duyun menuju tengah hutan merapi, Jumat siang (28/2/2025).
Dengan mengendarai kendaraan roda dua maupun empat, mereka berangkat dengan mebawa sejumlah makanan dan tanaman.
Mereka berhenti di tengah hutan pinus yang masuk kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM).
Ratusan warga yang terdiri daerah masyarakat biasa, seniman, budayawan, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan tokoh agama tersebut menggelar acara Napak Tilas.
Dengan diisi berbagai acara seperti ritual, doa bersama dan penanaman pohon di tengah hutan.
Dan di tengah hutan pinusan tersebut terdapat sebuah makam leluhur yang masih tertinggal.
Dan ternyata lokasi tersebut dulunya adalah Dusun Sisir yang warganya direlokasi karena erupsi merapi sekitar tahun 1931.
CEK BERITA UPDATE LAINNYA DISINI (KLIK)
Salah satu tokoh masyarakat, Marsandi mengatakan pada kesempatan kali ini masyarakat lereng merapi menggelar acara ritualan dan napak tilas.
“Tema kali ini adalah slametan gunung. Atau napak tilas dikarenakan lokasi ini dulunya kampung Sisir yang warganya direlokasi ke bawah jadi Dusun Ngargotontro Desa Sumber. Itu masih ada sisa makam, dan pondasi pondasi rumah. Dulu relokasi tahun 1931 an karena erupsi gunung Merapi,” katanya kepada awak media.
Jadi, lanjutnya Napak Tilas ini agar mengingat masa lalu bahwa daerah ini dulunya pernah dihuni leluhur atau nenek moyang Dusun Ngargotontro.
“Karena merasa kami hidup di kawasan lereng Gunung Merapi, dan sewaktu waktu Gunung Merapi bisa erupsi; maka masyarakat meminta keselamatan kepada Allah SWT, ataupun leluhur leluhur yang di makamnya disini. Selain itu kelestarian lingkungan juga akan terus dijaga,” imbuhnya.
Acara dimulai penuh hikmat sekitar pukul 14.00 wib. Sejumlah makanan tumpeng sesajen ditaruh di depan makam.
Warga duduk mengelilinginya dengan beralaskan tikar yang dibawanya dari rumah. Dengan busana jawa dan agamis pada seniman, budayanan dan tokoh agama duduk paling depan.
“Pertama yang digelar adalah sebuah ritual kebudayaan oleh para seniman. Dilanjutkan tahlih bersama dengan dipimpin oleh tokoh agama. Dilanjutkan makan bersama,”ujarnya.
Selain itu, warga juga melakukan penanaman pohon di sekitar lokasi acara. “Sejumlah tanaman resapan air (Red: Beringin) ditanam oleh warga. Dengan harapan bisa tetap menjaga kelestarian alam dan ketersidaan air kedepan,” paparnya.(bsn)