BNews—MUNGKID— Konsep kenormalan baru (new normal) sepertinya perlu dipertimbangkan matang matang oleh Pemkab Magelang. Pasalnya, sejumlah desa mengaku belum siap karena masih belum bisa mengendalikan laju kedatangan warga dari luar kota bahkan luar negeri yang masuk.
Seperti diungkapkan Bety Kurniawati, kepala urusan perencanaan Desa Windusari, Kecamatan Windusari, Magelang. Dia mengatakan, pihaknya pesimis mampu menerapkan konsep hidup normal baru dalam waktu dekat. Pasalnya, pemerintah Desa Windusari pun saat ini juga tengah kerepotan mengantisipasi munculnya kasus Covid-19 di lingkup desanya.
“Kami sendiri sudah kecolongan. Kami sudah melakukan pengawasan ketat terhadap kedatangan perantau, namun pada akhirnya justru muncul kasus Covid=19 dari warga sehari-hari tinggal di desa, namun pulang pergi bekerja di Semarang,” ujarnya.
Berbeda yang diungkapkan oleh Rohadi, perangkat sekaligus anggota posko Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Menurutnya, ada warganya yang dari luar kota dan luar negeri akan pulang kampung.
“Belum bisa menerapkan konsep hidup normal baru hingga dua bulan mendatang,” ujarnya, kemarin.
Saat konsep normal baru dijalankan, maka Desa Kembanglimus akan menjalankan sejumlah aktivitas, antara lain akan kembali membuka sejumlah obyek wisata seperti balai ekonomi desa (balkondes) untuk kembali menerima kunjungan wisatawan. Namun, di masa sekarang, hal itu tidak mungkin dijalankan karena balkondes masih difungsikan sebagai tempat isolasi mandiri bagi warga pendatang.
Saat ini, masih ada satu warga pendatang, awak dari kapal pesiar Amerika yang menjalani isolasi di balkondes. Dalam waktu dekat, bulan ini, berdasarkan keterangan dari warga, masih ada dua warga dari awak dari kapal pesiar Amerika dan Jepang, yang juga akan pulang ke desa.
Sejak April 2020, Desa Kembanglimus menerima sedikitnya 40 perantau, pulang ke desa. Selain dari luar negeri, sebagian dari mereka juga betdatangan dari sejumlah kota, termasuk diantaranya adalah daerah zona merah di dalam negeri.
Para pendatang atau perantau ini berpotensi membawa, dan menyebarkan virus Covid-19. Namun, menurut Rohadi, arus kedatangan mereka tidak mungkin dibendung dan diprediksi masih akan terus berlanggsung karena maraknya PHK di banyak perusahaan di luar kota.
“Ada sejumlah warga di Jakarta yang menginformasikan mereka akan segera pulang karena menjadi korban PHK. Namun, saat ini mereka pun kebingungan bagaimana mendapatkan uang dan mengurus prosedur untuk keluar dari DKI Jakarta dan pulang kembali ke desa,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Hely Rofikun mengatakan, permintaan masyarakat akan aktivitas hidup baru seperti dibukanya tempat wisata, mulai ditunjukkan oleh masyarakat luar.
Minggu (31/5/2020), sedikitnya 20 orang dari Kota Magelang datang, dengan tujuan ingin berwisata di Balkondes Karangrejo.
Namun, karena belum ada instruksi langsung dari Pemerintah Kabupaten Magelang terkait kehidupan normal baru, maka wisatawan itu tetap ditolak kedatangannya di balkondes.
Hely mengatakan, Desa Karangrejo memang tidak menemui kendala berarti terkait penerapan kehidupan hidup normal baru. Namun, sebelum ada instruksi langsung dari Pemerintah Kabupaten Magelang, dan situasi di daerah sekitar belum aman, serta masih muncul kasus Covid-19 baru, dia pun mengaku belum berani membuka desa dan menerapkan normal baru dengan menerima kunjungan wisatawan.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Magelang, Nanda Cahyadi Pribadi, mengatakan, konsep normal baru, saat ini tengah dibahas dan dirumuskan oleh sejumlah dinas dan instansi terkait. Seiring dengan upaya perumusan tersebut, pihak Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 juga masih terus malakukan berbagai upaya untuk mencegah penularan Covid-19 di semua kecamatan di Kabupaten Magelang. (her/an)