Bupati Sleman Sebut Pelaku Klitih Anak Kurang Perhatian
BNews–SLEMAN– Remaja pelaku kejahatan jalanan atau klitih disebut Bupati Magelang sebagai anak-anak kreatif yang kurang diperhatikan dan difasilitasi.
Kustini enggan menyebut mereka dengan sebutan ‘anak nakal’, melainkan anak-anak kreatif nan aktif namun salah mengambil sikap dan mengarah pada tindakan-tindakan negatif.
“Dari beberapa kasus yang terjadi, anak-anak ini rata-rata masih kurang edukasi, terutama akibat dari perbuatan itu sendiri yang bisa berurusan dengan hukum. Jika anak-anak yang punya energi lebih ini diarahkan pada hal-hal positif, tentu akan sangat bagus,” kata Kustini di Pendopo Parasamya Setda Sleman, Senin (3/1).
Kasus klitih di Bumi Sembada sendiri terakhir tercatat pada Senin 27 Desember 2021 dini hari kemarin di Jalan Kaliurang Km 9. Korbannya adalah seorang remaja berinisial D (16) serta F (16). Keduanya mengalami pengeroyokan dan pembacokan oleh enam orang, di mana satu dari pelaku masih berstatus bawah umur.
Sementara data dari Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat 80 pelajar terlibat dalam 58 kasus klitih sepanjang 2021 lalu. Modus operandi paling banyak secara berurutan adalah penganiayaan, kepemilikan senjata tajam (sajam), dan pengrusakan.
Kustini sepakat bahwa aksi klitih merupakan tindakan kriminal yang tidak dibenarkan dalam norma masyarakat maupun hukum. Oleh karenanya, dia mengajak seluruh pemangku kepentingan terkait untuk terlibat di dalam penanganan permasalahan ini terutama peran aktif dari orang tua.
Upaya komprehensif, bagi Kustini, diperlukan guna mengarahkan para anak-anak kreatif untuk menyalurkan energi berlebih mereka ke kegiatan-kegiatan yang lebih positif.
DOWLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
“Sebenarnya ini perlu kepekaan dari orang tua juga. Aktivitas anak di atas jam 21.00 WIB itu ngapain aja perlu dipantau dan harus tegas juga kalau hanya untuk main atau nongkrong. Karena kalau dari keluarga saja istilahnya membiarkan, tentu ini tidak akan selesai,” jelas Kustini.
Kustini mengklaim, Pemkab Sleman sudah sejak lama menaruh perhatian pada kasus klitih dengan mengaktifkan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIKR). Kelompok yang diisi remaja ini selain berkontribusi dalam pembentukan pelayanan informasi dan konseling tentang Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja, juga mengedukasi tentang perilaku menyimpang.
“Ini kan sebenarnya bahasa antar remaja ya. Kita juga sudah lakukan itu dan akan diintensifkan lagi melalui PIKR dan edukasi sebaya hingga tingkat Dasawisma. Saya yakin jika komunikasi antar remaja berjalan maksimal, klitih akan semakin berkurang dan selesai,” terangnya.
Di satu sisi guna menunjang tersalurkannya jiwa kreatif dan aktif para anak remaja, Kustini menyebut fasilitas Wifi Gratis Padukuhan dan sport center di tiap Kecamatan bisa menjadi solusi dari penanganan klitih jangka menengah.
Menurutnya, minat dan bakat para remaja bisa tersalurkan lewat kedua fasilitas ini. Kesibukan berolahraga dan memperkaya ilmu pengetahuan bagi Kustini bisa meminimalisasi potensi perilaku menyimpang para remaja.
Sedangkan langkah jangka pendek yang akan segera dilakukannya adalah meminta Satpol PP bersama lintas sektoral lain untuk mengintensifkan patroli pada jam-jam rawan. Khususnya, monitoring di titik-titik lokasi yang selama ini rawan muncul tindakan klitih.
Berikutnya memaksimalkan lampu penerangan setiap ruas jalan yang menjadi titik rawan kejahatan jalanan. Ditambah, berkolaborasi bersama kepolisian untuk pemasangan kamera pengawas CCTV.
“Saat ini kita sedang rancang indikator-indikator yang berkaitan dengan klitih. Agar langkah atau upaya selanjutnya bisa lebih masuk pada akar permasalahan. Harapan kita semua Sleman aman, Yogya aman dan remaja-remaja ini menjadi agen-agen perubahan yang berdampak positif,” katanya. (*/cnn)