Kisah Ibu Tujuh Anak Bergaji Rp 100 ribu Perbulan yang Anaknya Berkirim Surat ke Gubernur

BNews—PEMALANG—Darsini, nampak Lelah sekali, siang kemarin. Usianya yang sudah menapaki kepala lima kini mudah capek.

Dia bekerja serabutan. Ala kadarnya. Paling rutin adalah buruh tenun. Penghasilannya sebulan Rp 100 ribu. Jadi dia harus berpikir ulang untuk mendapatkan hasil lainnya.

Apalagi, dia kini harus menghidupi tujuh anaknya. Sendirian. Suaminya telah meninggal sembilan tahun silam.

Darsini, adalah ibunda Fajar Jaka Surya yang suratnya kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo viral di media sosial. Sementara Fajar sekolah di SMK Negeri Jateng di Semarang, Darsini menjalani kehidupan sehari-hari di Desa Bulu RT 6 RW 1, Petarukan, Pemalang.

Buruh tenun ini masih tak percaya anak kelimanya bisa sekolah di Ibukota Provinsi Jateng tanpa biaya. “Waktu Fajar bilang mau sekolah di Semarang saya tidak bisa jawab. Di Pemalang saja saya tidak mampu membiayai apalagi di Ibukota. Alhamdulillah kok ternyata diterima tanpa butuh biaya, maturnuwun Gusti,” kata Darsini dengan Bahasa Jawa logat Tegalan

Dijelaskannya, sebagai buruh tenun penghasilannya maksimal hanya Rp 100 ribu per bulan. Anak pertamanya mengidap penyakit dan hanya bisa tergolek di tempat tidur. Karena itulah, ia hanya mampu menyekolahkan anak kedua dan ketiganya hingga SMP.

Maka tak bisa ia bayangkan darimana mendapatkan uang untuk kelanjutan sekolah Fajar. Apalagi adik Fajar juga masih SMP dan butuh biaya.

Darsini mengaku sangat bingung ketika Fajar ingin melanjutkan sekolah SMK di Semarang. Darsini malah tak percaya ketika Fajar bercerita bahwa SMK N Jateng tidak menarik biaya apapun pada siswanya.

Jika pun benar ada, menurut Darsini, tentu seleksinya ketat dan saingannya luar biasa banyak. Seringkali malah butuh uang pelicin atau koneksi orang dalam agar bisa diterima.

Ternyata SMK N Jateng tak seperti yang dipikirkannya. Ia baru percaya setelah Fajar dinyatakan lolos dan hanya minta sangu doa untuk ke Semarang. Ketika melepas Fajar itulah, Darsini berpesan jika suatu hari bertemu Ganjar agar menitipkan pesan. Ia ingin berterimakasih berkat program gubernur itulah anaknya bisa sekolah di Semarang.

“Ya kalau ketemu nitip salam untuk pak Ganjar ,” kata Darsini.

Fajar sendiri mengaku mengetahui informasi SMKN Jateng dari dari gurunya di SMPN 1 Petarukan. Ia tertarik dengan sekolah khusus warga miskin yang digagas Ganjar.

Tapi tak urung ia kaget juga ketika guru SMK Jateng melakukan kunjungan ke rumahnya untuk verifikasi data. “Ternyata ketat sekali seleksinya, sampai ada kunjungan ke rumah untuk membuktikan kalau benar-benar miskin,” kata Fajar.

Kini Fajar sudah betul-betul menjadi siswa SMK N Jateng. Tiga bulan awal ia harus mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK).

“Selama itu pula saya tidak boleh pulang dan tidak boleh ditengok orangtua. Ibu, kakak dan nenek juga sudah saya jelaskan, alhamdulilah beliau menerima,” katanya.

Fajar merupakan satu dari 264 siswa baru SMKN Jateng tahun ajaran 2019/2020. Mereka diseleksi dari 2500 pendaftar. Ke 264 siswa itu disebar di tiga lokasi sekolah. Yakni 120 siswa kampus Semarang, 48 siswa kampus Pati, dan 96 kampus Purbalingga.

RAJIN : Fajar cukup aktif di masjid dekat rumahnya memberikan pelajaran ngaji. (Foto : humas Pemprov Jateng)

Kepala Sekolah SMKN Jateng Yudi Wibowo, mengatakan proses LDK bertujuan membentuk karakter, mental dan fisik siswa. Perpaduan ilmu, karakter, dan fisik yang mumpuni itulah yang menjadikan lulusan sekolah boarding school ini diburu perusahaan.

“Banyak perusahaan khusus datang kemari untuk merekrut. Bahkan sekarang ada tiga perusahaan besar membuka kelas industri di sini,” katanya. (lhr/bn1)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!
%d blogger menyukai ini: