Kisah Prabowo di Magelang Ditempeleng Gara-gara Gula Jawa
BNews—MAGELANG— Banyak pengalaman berkesan bagi Prabowo Subianto saat berkarier di militer. Tak terkecuali ketika ia menjalani hari-hari pertama di Akabri (kini Akademi Militer) 1970, termasuk ditempeleng letnan marinir.
Di Lembah Tidar Magelang, Prabowo muda tergabung dalam Kompi 2C Batalyon C4. Di situlah untuk pertama kali ia berjumpa dengan Letnan KKO Azwar Syam.
Prabowo menuturkan, sejak awal Azwar Syam telah mencuri perhatiannya. Azwar berperawakan langsing, kurus, tidak terlihat satu sentimeter pun lemak di badannya, berkulit hitam dan penuh percaya diri.
”Dia memakai baret ungu, baju hijaunya sudah terlihat belel, tapi sangat rapi karena disetrika, bahkan dikanji. Kopelnya sangat mengkilat. Demikian pula sepatunya,” kata Prabowo dalam buku biografinya berjudul ’Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto’, dikutip Senin (2/8).
Mantan Danjen Kopassus ini menerangkan, Letnan KKO Azwar Syam merupakan Komandan Kompi 2 Batalyon C4. Atasannya langsung itu dikenal sangat tegas.
Prabowo mengingat, Azwar merupakan orang pertama yang menempelengnya, di luar orang tua. Ia mengingat, orangtuanya menempeleng ketika dirinya masih kecil, mungkin ketika itu karena nakal.
Setelah menginjak masa SMP dan SMA, tidak pernah lagi kedua orang tua menempelengnya. Namun, di Akmil kini ia merasakan lagi tempelengan di kepala itu.
Pengalaman tersebut terjadi di hari-hari awal pendidikan sebagai Taruna atau lazim dikenal sebagai masa perpeloncoan. Ketika itu semua Taruna sudah digunduli. Para senior lantas memberikan helm tanpa alas.
”Para senior berbagi tips untuk menyiasati agar kepala tidak sakit saat memakai helm baja tersebut, yaitu melapisi kepala dengan bahan kain,” ujar Prabowo.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DI SINI)
Atas saran itu banyak yang berinisiatif memanfaatkan celana dalam hasil pembagian Akabri. Walaupun celana dalam itu berbahan kain sangat kasar, tapi lumayan dimanfaatkan untuk mengurangi rasa sakit di kepala.
Ada pula senior yang memberikan setengah tangkap gula Jawa kepadanya. Prabowo menceritakan, dengan berbisik senior itu menjelaskan, memakan gula Jawa akan membuat tubuh tetap prima alias tidak mudah lelah.
Prabowo mengaku tidak tahu apakah pemberian itu bermaksud baik atau tidak. Yang pasti, dengan polosnya sebagai Taruna junior, ia menerima gula Jawa itu dan menaruhnya di kantong celana.
Tiba-tiba setelah itu digelar apel. Letnan KKO Azwar Syam mengecek satu per satu. Tiba di hadapannya, Azwar langsung memegang kantong celana.
”Ada apa ini?” kata Azwar, ditirukan Prabowo.
Azwar lantas mengecek dan mengambil gula Jawa dari kantong celana dan tanpa babibu langsung menempeleng Prabowo. ”Poook. Kira-kira begitu bunyinya. Sakit dan menyakitkan,” tutur Prabowo.
Tentu saja ia sangat kaget. Mantan Pangkostrad ini terkejut saat kadet ditempeleng. Ia lantas membandingkan dengan pendidikan militer di luar negeri seperti Inggris. Di negara itu, menempeleng tidak boleh.
Wajar Prabowo bertanya-tanya mengingat dirinya pernah bersekolah di luar negeri. Karena itu ada kekagetan budaya saat ia menempuh pendidikan Akabri.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DI SINI)
Namun ajaibnya, Prabowo tak pernah membenci Azwar Syam yang telah menempelengnya di hadapan Taruna lain. Justru lambat laun timbul rasa sayang dan hormat pada komandannya itu.
Bagi Prabowo, Azwar Syam merupakan sosok teladan. Ia blak-blakan mengaku belajar banyak. Karena selain orangnya sangat keras, namun juga sangat disiplin.
Azwar, kata Prabowo, selalu tiba pertama kali ketika akan melaksanakan apel pagi. Dalam memeriksa senjata, ia juga sangat detail. Pelajaran lain, Azwar Syam sangat peduli dengan anak buah.
”Kalau anak buahnya mendapat nilai kurang baik, Beliau selalu menemui dosen-dosen dan menghadap ke departemen-departemen untuk memperjuangkan. Agar ada kesempatan Taruna diperbaiki nilainya,” tutur Prabowo.
Dalam bukunya, Prabowo juga menuturkan kesan dan rasa hormatnya kepada Letnan Jenderal TNI (Purn) Kemal Idris. Kemal merupakah sahabat dekat pamannya, Subianto Djojohadikusumo.
Subianto gugur dalam Pertempuran Lengkong, Serpong. Bersama Nayor Daan Mogot dan para Taruna Akmil lainnya pada 25 Januari 1946.
Suatu ketika Prabowo bertemu Kemal Idris. Dalam perbincangan itu, Kemal menuturkan tentang Subianto.
”Saya ini sahabat pamanmu. Pamanmu orang yang sangat berani. Jika pamanmu masih hidup, Saya yakin dia yang jadi Pangkostrad. Kamu harus ikuti jejak pamanmu. Subianto itu dulu jagoan,” ujar Kemal, ditirukan Prabowo. (han/han)
Sumber: iNews