Warning: file_get_contents(): https:// wrapper is disabled in the server configuration by allow_url_fopen=0 in /home/u6386763/public_html/wp-content/themes/publisher/includes/libs/better-framework/functions/other.php on line 612

Warning: file_get_contents(https://borobudurnews.com/wp-content/plugins/better-adsmanager//js/adsense-lazy.min.js): failed to open stream: no suitable wrapper could be found in /home/u6386763/public_html/wp-content/themes/publisher/includes/libs/better-framework/functions/other.php on line 612

Kronologi Tragedi Ibu dan Anak Meninggal Dunia Saat Ritual Tolak Hujan Di Tuban

BNews–NASIONAL-  Warga Kabupaten Tuban digegerkan dengan peristiwa meninggalnya dua orang ibu dan anak warga Desa Dermawuharjo, Kecamatan Grabagan. Dimana mereka meninggal dunia saat melakukan ritual meminta tidak hujan seperti pawang hujan Rara Istiati Wulandari di Sirkuit Mandalika, beberapa waktu lalu, membuat heboh.

Saat ini, lokasi Perapen atau Petilasan Empu Supo, ditutup sementara waktu untuk menghindari korban bertambah. Sementara, pihak desa setempat dan kepolisian juga melarang warga yang akan melakukan ritual.

Karena di pagi hari, racun yang ditimbulkan belerang, masih menggumpal di lokasi dan saat pagi hari masih berembun serta belum ada sinar matahari yang membuat racun belerang atau H2S belum menyebar ke udara sekitar.

Kedua orang korban, ibu dan anak tersebut adalah Marsih dan Mariyanto. Ibu dan anak ini tewas usai menggelar ritual meminta tidak hujan dan keracunan gas belerang di petilasan keramat peninggalan Empu Supo, seorang empu sakti pembuat keris pada masa kerajaan majapahit.

Kapolsek Grabagan, Iptu Darwanto mengatakan, kejadian tersebut bermula saat korban Marsih/ berkunjung ke Petilasan Empu Supo terlebih dahulu, untuk melakukan ritual agar pada saat pelaksanaan panen padi esoknya tidak turun hujan.

Marianto, anak korban curiga karena sang ibu tak kunjung pulang. Dia kemudian menyusul ibunya ke lokasi kejadian.

Marianto yang mengetahui ibunya itu telah tergeletak di area petilasan, bergegas melakukan pertolongan dengan mengangkat tubuh sang ibu. Namun Marianto justru turut tewas akibat tajamnya aroma H2S atau racun belerang itu.

DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)

“Kedua korban sedianya hendak menggelar ritual meminta hujan tidak turun saat akan panen padi,”ujar Darwanto.

Kata dia, mereka diduga tidak mampu menghirup gas belerang yang sangat pekat itu, korban sempat mengalami sesak nafas hingga akhirnya meninggal dunia.

“Korban hendak melakukan ritual di Petilasan Empu Supo karena tradisi warga Desa Dermawuharjo yang akan melaksanakan panen padi,”tutupnya.

Sekadar diketahui, lokasi kejadian merupakan petilasan atau lokasi tempat Empu Supo membuat keris di masa Kerajaan Majapahit dahulu. Empu Supo dikenal sebagai seorang empu; yang menurut cerita turun temurun merupakan pembuat senjata milik Sunan Kalijaga di Zaman Walisongo dulu.

Hingga saat ini, Petilasan Empu Supo ini masih sering digunakan orang dari luar daerah untuk mengasah keris; atau menyepuh keris agar kuat dan tahan lama. (*/okezone)

About The Author

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!