Kupat Jembut, Makanan Unik dalam Tradisi Syawalan Khas Semarang

BNews—JATENG— Kupat Jembut. Iya, kamu tidak sedang salah baca. Namanya memang kurang enak didengar telinga. Dan Jembut yang satu ini sangat jauh dari kesan porno.

Kupat Jembut adalah sebuah nama makanan khas Semarang yang hanya muncul saat Idul Fitri untuk memeriahkan Syawalan. Kuliner ini khas di daerah Pedurungan Tengah, Kota Semarang.

Jika ketupat lain terasa hambar, Kupat Jembut beda. Rasanya gurih. Karena itu, penyajiannya nggak perlu ubo rampe yang terlalu banyak seperti opor ayam atau sambal goreng ati.

Sepertinya kalau cuma menyantap ketupat tanpa lauk sudah enak. Sebab, Kupat Jembut dilengkapi dengan sayur yang diurap dengan kelapa parut.

Ada beberapa versi tentang Kupat Jembut ini. Munawir, warga dari Kampung Jaten Cilik bercerita kalau Kupat Jembut ini sudah ada sejak 1950-an. Menurut cerita, ada seorang warga Kampung Jaten Cilik yang pulang kampung akibat Perang Dunia II.

”Sudah ada sejak tahun 1950-an, pulang ngungsi Perang Dunia,” kata Munawir, belum lama ini.

Kala itu warga hidup dalam kesederhanaan. Namun karena tetap ingin mengungkapkan rasa syukur setelah melewati bulan Ramadan, digelar syukuran sepekan setelah Idul Fitri atau Syawalan dengan membagikan ketupat.

”Jadi adanya cuma tauge, kelapa dan lombok, jadi isinya ya tauge sama sambal kelapa,” jelasnya.

DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DI SINI)

Setiap syawalan, biasanya hanya anak-anak yang mendapat kuliner ini. Sempat terhenti karena satu insiden yang melanda Indonesia, tradisi ini kembali digelar.

”Sempat berhenti dua tahun karena ramai-ramai PKI waktu itu,” ungkapnya.

Disinggung nama, Munawir mengakui banyak versi penyebutan. Namun yang paling banyak yakni penamaan Kupat Jembut karena isian yang berupa tauge dan lainnya sampai keluar dari bungkus ketupat menyerupai rambut kemaluan.

”Penyajiannya sederhana. Ketupat dibelah dan diberi isi berupa sayuran yang telah dibumbui,” ujarnya.

Sebelum Kupat Jemput dibagikan, diawali dengan pesta petasan sejak selepas Salat Subuh. Bocah-bocah kampung Jaten Cilik biasanya langsung keluar rumah dan berebut ketupat berisi sayuran.

Menurut Alim, salah satu bocah, ketupat jembut berbeda dengan ketupat lebaran. Rasanya lebih enak karena sudah diberi bumbu saat memasak.

”Enggak usah pakai kuah, krecek, opor. Ini kan udah ada sayurannya,” kata Alim, bocah sebelas tahun ini.

Selain membagikan Kupat Jembut, disebar pula lembaran rupiah saat acara berlangsung. Bocah-bocah itu ada yang mendapatkan Rp80 ribu sampai Rp100 ribu.

”Kami memaknai pembagian Kupat Jembut sebagai sedekah sekaligus penyempurna ibadah puasa yang sudah dijalani selama 30 hari. Dan juga puasa Syawal selama enam hari,” sambung Munawir. (han)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!
%d blogger menyukai ini: