Legenda Naga Baru Klinting dan Misteri Hilangnya Tank Amfibi di Danau Ranu Grati
BNews—NASIONAL— Danau Ranu Grati terletak di Kabupetan Pasuruan, Jawa Timur. Dalam sejarahnya danau ini pernah menggegerkan Masyarakat Indonesia dengan tragedi tenggelamnya tank amfibi beserta seluruh prajurit di dalamnya.
Peristiwa tragis ini hingga sekarang masih diliputi misteri. Sebabnya, tak seroang pun berhasil menemukan bangkai tank dan seluruh awaknya.
Dihimpun Borobudur News dari berbagai sumber, peristiwa ini terjadi pada tanggal 17 Oktober 1979. Saat itu, beberapa kendaraan tank dan Batalyon Zipur 10 Amfibi tembak berdatangan memasuki wilayah Grati melewati jalan-jalan kecil desa menuju danau.
Saat itu tersiar kabar jika prajurit ABRI (kini TNI) ini akan mengadakan latihan rutin di Ranu Grati. Bagi anak-anak desa di sekitar danau, acara latihan pasukan amfibi itu merupakan tontonan menarik yang tidak boleh dilewatkan.
Bila anak-anak merasa gembira dengan kedatangan pasukan amfibi, tidak demikan halnya dengan para orang tua dan sesepuh desa. Meraka merasa tegang dan resah.
Rasa khawatir akan adanya terjadi sesuatu marabahaya yang menelan jiwa peserta latihan. Hal ini disebabkan mitos Ranu Grati yang di jaga ular super besar bernama Nogo Baru Klinting. Yang setiap saat bisa menelan siapa saja yang mengusik ketenangannya, termasuk para Marinir dari TNI AL.
Para sesepuh desa merasa khawatir acara Latihan perang amfibi diperairan Ranu Grati bakal mengusik ketenangan Baru Klinting. Itulah sebabnya meraka mencoba menghalangi adanya kecelakaan yang berakibat hilangnya nya pada acara latihan itu.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DI SINI)
Beberapa orang sesepuh desa menyarankan pada anggota marinir yang berniat latihan itu agar sebelum turun ke air mengadakan ritual terlebih dahulu. Ritual itu juga mengadakan acara selamatan dengan memandikan para anggota pasukan amfibi dengan air bunga kamboja.
Selain itu, adapula yang menganjurkan agar latihan pasukan amfibi pagi itu ditunda. Hal ini disebabkan salah seorang yang dipercaya dapat berkomunikasi dengan makhluk halus penjaga danau menyatakan bahwa pagi itu Baru Klinting sedang mengadakan sebuah pesta dengan Ratu Pantai Selatan.
Sampai saat ini banyak masyarakat yang masih percaya bahwa penghuni gaib Ranu Grati berhubungan dengan gaib Pantai Selatan Laut Jawa.
Semua saran dan alasan yang tidak dapat diterima secara logika itu ditolak mentah-mentah oleh penyelenggara latihan yang melibatkan Pasukan Amfibi. Meraka lebih percaya dengan hasil survei yang telah dilakukan sebelum mereka turun kelapangan.
Seperti biasa setiap kali sebelum latihan selalu diawali dengan rencana latihan atau rencana lapangan (renlap ). Sesuai dengan rencana pagi itu meraka tetap mengadakan latihan dengan menurunkan tujuh unit tank amfibi ke peraiaran Ranu Grati.
Sebelum tank amfibi beserta awaknya turun keair, sempat terjadi perbedaan antara orang sesepuh desa dengan anggota pasukan amfibil. Menurut saksi mata yang menyaksikan jalannya perdebatan bernama Hamzah telah mengingatkan kepada komandan latihan.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DI SINI)
”Pak, sebaiknya jangan latihan sekarang,” kata Hamzah, menirukan ucapan sesepuh desa yang bernama Sulihati.
”Bila bapak-bapak akan latihan, sebaiknya nanti siang saja,” lanjut sesepuh itu.
”Mengapa?” tanya salah seorang anggota pasukan yang diduga merupakan komandan Latihan.
”Berbahaya, Pak!, Jaka Baru (sebutan untuk Naga Baru Klinting) bisa marah!”, kata Sulihati menjelaskan.
”Biarlah, Saya ingin melihat kumisnya Jaka Baru,” gurau komandan sambil tertawa.
Teman-temannya yang mendengar percakapan itupun ikut tertawa. Namun diam-diam beberapa orang warga yang hadir tampak mulai khawatir atas penolakan usulnya oleh sang komandan latihan.
Sulihati merasa kecewa karena para anggota pasukan amfibi itu tidak mau mengikuti sarannya. ”Sudahlah Mbah Sul (Sulihati), para perwira yang gagah berani itu mana mungkin percaya dengan cerita kita,” kata beberapa sesepuh desa lainnya.
Para anggota paukanaAmfibi ini memang pernah mendengar cerita tentang legenda Baru Klinting yang dipercaya penduduk sekitar sebagai sang penunggu. Yang sesekali minta korban persembahan.
Meraka merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena telah mengadakan persiapan latihan yang secara matang. Lagipula apakah arti latihan danau dibandingkan dengan latihan di laut, seperti yang selama ini telah meraka lakukan bahkan beribu kali.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DI SINI)
Tentu, latihan di laut lebih banyak tantangannya. DIbanding dengan latihan di sebuah danau yang luas dan kedalamannya tidak seberapa.
Sebenarnya, ada juga beberapa orang diantara anggota pasuka anggota amfibi yang sejak semula kurang setuju untuk mengadakan latihan di Ranu Grati. Mereka lebih suka latihan di daerah laut Semedu Sari Nguling, seperti yang selama ini biasa mereka lakukan.
Disamping kekhawatiran akan adanya perbedaan antara laut yang asin dan air tawar yang ada di danau Grati, akan berpengaruh pada latihan mereka. Keberadaan Ranu Grati yang dikenal sangat angker cukup membuat ciut hati mereka.
Mbah Sulihati kembali menuturkan bila ada salah seorang anggota pasukan batalyon Zipur 10 Amfibi, Serka Sayyadi yang saat itu ikut serta dalam latihan di Ranu Grati. Serka Sayyadi merupakan salah seorang dari pelaku sejarah yang sampai saat ini masih hidup.
Saat kejadian itu berlangsung, Sayyadi masih sangat muda dan berpangkat Prada. Menurut cerita Serka Sayyadi, pada saat itu ia dan teman-tamannya dari BTR 50 Amfibi akan mengadakan latihan rutin di bawah pimpinan Komandan BTR, Subiyoto dan Wadang Aminuddin Sobli.
Saat itu ada tujuh kendaraan tank yang bergerak menuju Ranu Grati siap mengadakan latihan. Setelah sampai ditepi danau, Sayyadi dan teman-temannya beristirahat sebentar.
Dalam latihan itu melibatkan dua kompi pasukan amfibi yang hendak mengadakan latihan secara bergelombang. Gelombang pertama ada enam Tank. Tiap tank berisi 20 orang awak. Seorang jurumudi dan seorang pembantu jurumudi. Jadi jumlahnya pasukan yang berada didalam setiap tank sebanyak 22 orang.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DI SINI)
Seorang komandan tank berjaga di luar (diatas tank ) sebagai penunjuk arah, dengan demikian jumlah seluruh pasukan pada tiap tank sebanyak 23 orang.
Tepat pukul 08.30WIB, acara latihan dimulai. Anggota pasukan amfibi memasuki kendaraan masing-masing, pintu tank ditutup rapat, kemudian itu mulai turun ke air.
Nahas tak dapat ditolak, ternyata salah satu dari tujuh konvoi itu saat memasuki air, terus tenggelam tanpa diketahui sebab-sebabnya. Tank amfibi yang tenggelam itu adalah Tank yang berada di sebelah kanan Tank yang ditumpangi Serka Sayyadi.
Menurut Serka Sayyadi, ia melihat sosok bayangan ular yang amat besar membelit tubuh tank yang ditumpangi sejumlah prajurit. Tank beserta prajurit sosok ular penunggu Ranu Grati bernama Baru Klinting dan tak pernah ditemukan hingga kini.
Untuk mengenang kejadian yang terjadi pada 17 Oktober 1979 itu, pihak TNI Angkatan Laut membangun sebuah monumen, tugu peringatan yang berlokasi di sebelah timur danau. (han)
Kejadian itu menimpa pasukan dari Batalyon Zeni Tempur 10/Jaladri Palaka yang bermarkas di di Jalan Soekarno-Hatta, Gading Rejo, Kota Pasuruan. Batalyon ini adalah milik Kostrad TNI AD. Bukan milik marinir TNI AL
Saya ingat ketika itu Menhan nya masih Jend.M.Jusuf.