Swab Antigen Mandiri BCL Dikecam Publik, Ini Bahayanya
BNews—NASIONAL— Penyanyi dan aktris berkebangsaan Indonesia, Bunga Citra Lestari atau BCL, mendapat kecaman publik usai melakukan tes swab antigen kepada teman-temannya. Istri dari almarhum Ashraf Sinclair ini dikecam karena melakukan swab kepada temannya seorang diri tanpa bantuan tenaga profesional.
Belum lagi, baru-baru ini di media sosial juga ramai diperbincangkan soal kisah seorang dokter telinga, hidung, dan tenggorokan (THT). Dimana sang dokter menceritakan dirinya yang kedatangan pasien yang kebingungan terpapar Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19 dari temannya.
Pasien tersebut terpapar setelah melakukan saling swab dengan ketiga temannya tanpa bantuan tenaga profesional. Ternyata salah satu dari mereka positif Covid-19.
Padahal saat melakukan swab sendiri, tidak ada satu pun dari keempat orang itu yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Melakukan swab sendiri tanpa bantuan tenaga profesional memang tidak dianjurkan.
Menurut dr Sarwastuti Hendradewi, tindakan ini sangat berbahaya. Ada beberapa risiko kesehatan yang bisa terjadi apabila swab tidak dilakukan oleh tenaga profesional.
”Pertama, kesalahan hasil pemeriksaan. Orang awam yang melakukan swab sendiri tidak memahami struktur anatomi hidung dan tidak mengetahui bagian yang harus diambil,” kata Sarwastuti, Kamis (7/12).
”Jadi bagian yang diambil enggak sampai ke tempat seharusnya yang menjadi bahan pemeriksaan,” sambungnya.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DI SINI)
Kesalahan dalam pengambilan bagian untuk pemeriksaan bisa memberikan hasil yang tidak tepat. Bisa jadi hasil pemeriksaan harusnya positif. Tapi karena tempat pengambilannya salah, hasilnya menjadi negatif.
Apabila yang melakukan swab tidak memahami struktur tersebut dan asal mengambil, maka bisa menyebabkan kesakitan luar biasa. Risiko selanjutnya adalah patahnya tangkai yang digunakan untuk melakukan swab. Hal ini dikarenakan fungsi hidung ketika terkena benda asing
”Fungsi hidung menimbulkan refleks bersin. Kalau memasukkan tangkainya kena mukosa, bisa bersin dan risiko putus tangkainya. Ini sering terjadi,” katanya.
Apabila tangkai patah di dalam, sementara yang melakukan swab tidak paham cara mengambilnya, maka risikonya bisa terjadi pendarahan di hidung atau epistaksis. Risiko pendarahan juga bisa terjadi jika tangkai swab mengenai pembuluh darah.
Dewi menekankan, di hidung banyak sekali pembuluh darah yang mudah pecah. ”Pendarahan yang banyak bisa menimbulkan syok karena panik. Selain itu, pendarahan yang banyak bisa menyumbat jalan napas, yang berakibat fatal,” tambahnya.
Dewi mengatakan, epistaksis atau pendarahan yang vanyak merupakan suatu kondisi kegawatdaruratan di bidang THT. Kondisi ini perlu ditangani dengan segera.
”Jangan sampai risikonya fatal bukan karena swab untuk pemeriksaan Covid-19, tapi karena efek samping epistaksis,” ujar dokter yang berpraktik di Departemen THT RS dr Muwardi Surakarta.
Imbuh dia, sebaiknya swab dilakukan oleh tenaga profesional yang sudah mengetahui teknik swab dan struktur anatomi hidung dengan baik. Dengan begitu dapat meminimalkan risiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
”Lebih aman melakukan swab di rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan tersebut,” pungkasnya. (han)