BREAKING NEWS: Sri Sultan HB X Isyaratkan Jogjakarta Lockdown

BNews—JOGJAKARTA— Gubernur Daerah Istimewa Jogjakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, bicara soal kemungkinan lockdown sebagai solusi atas kenaikan kasus virus Corona atau Covid-19 di wilayahnya. Sultan menyebut, lockdown sebagai salah satunya jalan setelah Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tak efektif di lapangan.

Apalagi, terus bertambahnya kasus positif harian Covid-19 DIJ hingga menyentuh rekor tertinggi sepanjang pandemi dengan 595 kasus pada Kamis (17/6). Sultan mengatakan saat ini kasus positif memang terus fluktiatif atau naik turun tak hanya di DJY saja namun juga di seluruh dunia termasuk Malaysia dan Singapura.

”PPKM ini kan sudah bicara nangani RT/RW (mengatur masyarakat paling bawah). Kalau realitasnya masih seperti ini mau apa lagi, ya, lockdown,” tegas Sultan diwawancarai wartawan di Kantor Gubernur DIY, Komplek Kepatihan, Kemantren Danurejan, Jumat (18/6/2021).

Sultan menjelaskan, pemerintah selama ini telah mengatur masyarakatnya dari RT dan RW. Hal tersebut sebenarnya sebagai antisipasi terjadi penularan di lingkungan.

Tapi dalam pelaksanaan, ternyata PPKM ini tak bisa berjalan efektif. Bahkan, kasus baru harian positif Corona di DIJ di atas 500 orang.

”Kemarin (Ingub No 15/INSTR/2021) maunya ada keputusan izin Kelurahan harus sampai atasan (camat) gitu loh. Dan sebagainya dengan harapan semakin ketat masyarakat (tidak berkerumun) gitu. Tapi kalau masih tembus arep apa meneh (mau apa lagi kebijakannya). Ya, lockdown,” jelasnya.

Sultan melihat peningkatan kasus positif yang naik tersebut tak terlepas dari kedisiplinan masyarakat. Itu diperkuat dengan tracing yang tertular dari kasus positif.

”Selama masyarakat sendiri tidak mengapresiasi dirinya sendiri untuk disiplin,” ujarnya.

DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DI SINI)

Solusi lokcdown, lanjut Sultan, juga mempertimbangkan bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit rujukan di DIJ. Seminggu lalu, BOR di DIJ masih 35 persen. Namun seminggu terakhir meningkat menjadi 75 persen.

”BOR rumah sakit, yang sedianya 36 koma sekian sekarang sudah 75 persen hanya dalam waktu satu minggu. Kalau terus naik di atas 500 seperti ini kan tidak mungkin,” tegasnya.

”Kabupaten/ kota harus menyediakan shelter dan dimungkinkan dalam APBD meski hanya lima bed. Kita coba 75 kali 50 memungkinkan terjadinya 3 ribuan orang yang dikarantina. Kita belum bisa cari jalan keluar, nek ora iso yowes tidak ada pilihan, lockdown,” ungkapnya.

Pilihan lockdown menurut Sultan dipilih ketika tak ada cara lain yang bisa diambil pemerintah daerah. Penularan menurut Sultan sudah menjangkau ranah terbawah yakni keluarga dan tetangga, ditambah adanya mobilitas warga yang begitu masif di akhir pekan.

”Mungkin semua sudah baca aturan yang kita keluarkan tanggal 15 (Juni) kemarin kan sudah sampai mau menyelenggarakan aktivitas masyarakat tidak cukup keputusan kelurahan harus kapanewon juga ikut. Coba sampai atasannya juga ikut dengan harapan makin ketat, kita coba gitu,” terangnya.

”Tapi kalau masih tembus lagi terus arep opo meneh, kita kan jadi sulit selama masyarakat itu tdk mengapresiasi dirinya sendiri untuk disiplin gitu lho. Biarpun kita tahu yang meninggal 50 tahun ke atas semua kan gitu,” sambung Sultan.

Sultan meminta masyarakat untuk taat protokol kesehatan dan sebisa mungkin mengurangi mobilitas untuk menekan penularan. Jika memang hal tersebut tak bisa dilakukan. Dan kasus terus naik dengan BOR rumah sakit yang semakin menipis, maka pilihan lockdown meski dengan konsekuensi berat harus dilakukan.

”(Kalau ngeyel masyarakat, maka pilihan lockdown) Nek BOR rumah sakit tidak mampu lagi, terus arep ngopo,” tegas Sultan. (han)

About The Author

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!