Warning: file_get_contents(): https:// wrapper is disabled in the server configuration by allow_url_fopen=0 in /home/u6386763/public_html/wp-content/themes/publisher/includes/libs/better-framework/functions/other.php on line 612

Warning: file_get_contents(https://borobudurnews.com/wp-content/plugins/better-adsmanager//js/adsense-lazy.min.js): failed to open stream: no suitable wrapper could be found in /home/u6386763/public_html/wp-content/themes/publisher/includes/libs/better-framework/functions/other.php on line 612

Karomah Mbah Mad Watucongol, Kiai Nasionalis dan Karismatik Asal Magelang

BNews—MUNTILAN— Kiai Haji Ahmad Abdul Haq Dalhar Watucongol atau yang akrab disapa Mbah Mad adalah seorang alim ulama karismatik asal Muntilan, Kabupaten Magelang. Beliau lahir pada tahun 1928 di lingkungan pesantren Watucongol di Desa Gunungpring.

Selama hidupnya, beliau menjadi pemimpin di pesantren tersebut hingga akhirnya meninggal dunia pada tahun 2010 silam. Mengutip laman Instagram @ajudan_kiai.nu, Selasa (3/8), selain dikenal memiliki pengaruh besar, putra dari Mbah Dalhar Watucongol tersebut juga dikenal memiliki karomah atau anugrah dari Yang Maha Kuasa.

Karomah tersebut di antaranya adalah mengetahui makam wali yang sebelumnya tidak diketaui masyarakat sekitar. Mbah Mad juga kerap memberitahu tentang keberadaan sebuah makam wali di suatu tempat. Dimana makam tersebut awalnya dianggap makam orang biasa oleh masyarakat setempat.

Karena karomahnya ini, Mbah Mad menjadi salah satu kiai yang sering dikunjungi oleh para pejabat negara; seperti sejumlah Mantan Presiden, diantaranya Alm Abdurrahamn Wahid atau Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono dan Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Pejabat lainnya ada Mantan Ketua DPR Akbar Tanjung hingga Mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Indonesia, Wiranto.

Mereka datang untuk bersilahturahmi dan meminta doa restu kepada Mbah Mad. Beliau sendiri belajar ilmu dari sang Ayah, yaitu Mbah Dalhar yang dikenal sebagai waliyulah. Atau seseorang yang benar-benar mampu merasakan kehadiran Yang Maha Kuasa di sekitarnya. Meski hanya belajar pada ayah beliau, ilmu beliau sangat dalam dan barokah terhadap para santri-santrinya.

Singkat cerita, Mbah Mad meninggal pada usia 78 tahun di Rumah Sakit Harapan Kota Magelang. Menurut menantu Mbah Mad, KH Khoirul Muna atau karib disapa Gus Muna, mertuanya dikenal sebagai ulama spiritualis kenegaraan.

Salah satu jiwa nasionalismenya adalah selalu aktif dalam kegiatan malam peringatan Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia atau yang dikenal sebagai malam tirakatan. Mbah Mad juga dikenal sebagai penasihat hampir semua kiai pengasuh pondok pesantren di Indonesia, Di antaranya KH Abuya Dimyati dari Pandeglang, Banten, KH Zainuddin Jazuli dari Ploso, Kediri, Jawa Timur.

DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DI SINI)

Pada masa Orde Baru, Mbah Mad diketahui sangat dekat pemerintah. Sampai-sampai almarhum Tien Soeharto yang merupakan cucu Pangeran Sambernyawa memanggil Mbah Mad dengan sebutan om. Meski banyak berjasa kepada beberapa tokoh negara, di rumah duka Mbah Mad belum tampak satu orang pun tokoh yang melayat.

Begitu juga karangan bunga, tak ada satu pun terpajang. Mbah Mad dimakamkan di kompleks pemakaman umum Santren yang bersebelahan dengan makam Ibu dari Mbah Mad. (cho/han)

About The Author

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!