Kuliner Khas Muntilan, Ada Sejak Zaman Pangeran Diponegoro “Bubur Blendrang”
BNews–MAGELANG– Di Kabupaten Magelang selain kaya akan destinasi wisatanya ternyata juga kaya akan beragam kulinernya. Bahkan banyak kuliner yang melegenda dan ada sejak zaman penjajaha Belanda.
Salah satunya makanan bernama Bubur Blendrang yang konon sudah ada sejak zaman Pangeran Diponegoro melawan penjajah Belanda. Kuliner bubur blendrang tersebut saat ini menjadi salah satu kuliner khas daerah Muntilan Kabupaten Magelang Magelang.
Bubur ini awalnya dikonsumsi masyarakat di Dusun Bintaro, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan yang oleh penjualnya diwariskan secara turun-temurun.
Berdasarkan pantauan Borobudurnews.com di kanal Youtube, Sabtu (9/4/2022), bubur ini adalah sajian yang bahan dasarnya terbuat dari tulang-belulang.
Tulang yang digunakan yaitu tulang kambing, sapi, dan juga tulang ayam yang lunak dan bersisi sumsum.
Selain menggunakan tulang dari ayam, sapi dan kambing, bahan dasar lainnya yang digunakan adalah tepung terigu atau tepung beras yang berfungsi memberikan tekstur kental. Bumbu yang digunakan adalah aneka rempah khas Indonesia, seperti bawang merah, bawang putih, jahe, dan cabai.
Bubur blendrang khas Muntilan dipercaya dapat meningkatkan stamina yang diperoleh dari sumsung tulang yang ada pada bubur tersebut. Kaldu dari rebusan tulang ayam dan kambing ini juga memberikan rasa lezat yang semakin kuat.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
Sementara itu, berdasarkan penelusuran bubur blendrang ini merupakan hidangan khas Ramadan warga Dusun Bintaro yang biasa disantap saat berbuka puasa. Tekstur lembut dari bubur ini sangat cocok disantap saat berbuka setelah sekitar 12 jam tidak makan dan minum.
Proses pembuatan bubur blendrang khas Muntilan ini berawal dari merebus tulang-belulang. Proses selanjutnya menyiapkan bumbu yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabai, kencur, jahe, dan garam yang dihaluskan.
Setelah dihaluskan lalu dimasukan ke dalam air mendidih, kemudian tulang-belulang kambing atau ayam dimasukan ke dalamnya, atau bisa juga dicampur langsung dengan rebusan tulang. Setelah bumbu merata, masukan tepung terigu atau tepung beras untuk memberikan tekstur kental pada bubur tersebut.
Bubur ini biasa dijual di harga Rp3.000 sampai Rp5.000 per porsinya dan biasanya, sajian ini cepat habis diborong oleh penikmatnya. Hingga berita ini ditulis, belum ada sumber yang jelas bagaimana awal kemunculan bubur blendrang ini di zaman Pangeran Diponegoro, namun makanan ini sudah menjadi idaman oleh masyarakat setempat karena rasa yang nikmat dan keberadaannya sudah ada sejak zaman kolonial. (*)