BNews—SEMARANG— Kesulitan ekonomi di masa pandemi Covid-19 memaksa sejumlah orang ini menghilangkan rasa malu. Mereka merubah diri menjadi “manusia karung dan “manusia gerobak”.
Manusia gerobak sendiri merupakan julukan dari pria pria yang mangkal di pinggir jalan. Kebanyakan ditemukan di Kota Semarang. Meskipun mereka berasal dari berbagai daerah.
Mereka memang sengaja mangkal dipinggir jalan. Hanya untul menunggu uluran tangan dermawan yang mau membantu mereka.
Pantuan jatengtoday.com group borobudurnews, terlihat beberapa manusia karung ataupun manusia gerobak duduk dan mangkal di sekitar jalan Pahlawan di depan kantor Gubernur Jawa Tengah. Pun hal yang sama dilakukan oleh mereka yang membawa gerobak.
Supri salah satu manusia karung mengaku telah menjalani kehidupan seperti ini sejak ia berhenti menjadi kuli bangunan. Pekerjaan yang sebelumnya dilakoni ambruk lantaran badai corona. “Sebelumnya saya jadi kuli bangunan, tapi semenjak ada corona saya diberhentikan dan kehilangan pekerjaan,” kata dia.
Pria asal Kabupaten Temanggung ini mengungkapkan, anak dan istrinya di kampung halaman tidak mengetahui keadaan asli pria berumur 45 tahun ini. “Iya istri dan 2 anak saya tidak ada yang tahu saya jadi manusia karung disini. Mereka tahunya saya kerja di Kota Semarang. Saya tidak apa-apa seperti ini yang penting anak istri masih bisa makan,” ungkapnya.
Selain menunggu uluran tangan dermawan. Supri juga melakoni pekerjaan sebagai pemulung barang bekas atau rongsok. Namun, saat ia menunjukan isi karungnya hanya terlihat bongkahan kayu tanpa ada barang rongsok yang bernilai jual. “Iya mulung juga, ngumpulin barang rongsok,” imbuhnya.
Senada dengan Supri salah satu manusia gerobak bernama Amin S mengaku terpaksa menjalani kehidupan semacam ini. Ia bahkan membawa serta istri dan satu orang putri kecil mereka.
“Mau bagaimana lagi sekarang mau kerja apapun itu susah. Sekarang mau ngerongsok juga jualnya susah. Jadi terpaksa seperti ini, tetap memulung sampah tapi saya juga menerima bantuan dari orang orang dijalan entah itu sembako, makanan, ataupun uang,” katanya.
Menurutnya, menjadi manusia gerobak adalah salah satu jalan bagi Amin dan keluarganya untuk bertahan di tengah pandemi. “Sekarang bisanya cuma seperti ini ya tetap dilakoni. Mau susah kaya apa tetap harus disyukuri. Meskipun tidur harus di pinggiran ruko, meskipun harus rela kena terik dan hujan,” tandasnya. (her/wan)