Warga Ngaglik Sleman Gelar Tradisi Sakral Tedak Sinten
BNews–SLEMAN– Seiring kemajuan zaman, tradisi tedak siten atau upacara turun tanah untuk bayi mulai dilupakan. Namun warga di Lojajar, Sinduharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta masih melestarikan tradisi warisan leluhur masyarakat Jawa tersebut.
Sejumlah warga dan kerabat dengan antusias berebut berbagai mainan dan uang koin ‘udik udik’ senilai ratusan ribu rupiah yang disebarkan oleh Hanif Estungkoro dan Riski Anggun Pratika. Momen ini merupakan rangkaian upacara turun tanah bagi buah hati mereka, Arvin Omair Hangestika yang berusia 7 bulan.
Sebelumnya, acara diawali dengan sungkeman kepada eyang Agung Taufik Hidayat / Ade Sri Kuncoro Kusumaningtiyas dan Hadi Mulyono / Bartiwi. Sungkeman ini sebagai ungkapan rasa hormat dan doa kepada kedua orang tua agar bayi tersebut tumbuh menjadi pribadi mandiri dan berbakti.
Maka, selain upaya melestarikan tradisi warisan leluhur, tradisi tedak sinten juga menjadi ajang silaturahmi antar keluarga besar eyang Agung Taufik Hidayat / Ade Sri Kuncoro Kusumaningtiyas dan Hadi Mulyono / Bartiwi.
“Tujuan dari digelarnya tradisi ini karena budaya ini sudah sangat langka. Kami keturunan Jawa menandakan anak siap jalan untuk meniti liku liku kehidupan. Diadakan dirumah besan di Yogyakarta karena orang tua adek tinggal di Jakarta,” ungkap Ade.
Dengan dipandu sang ayah, Arvin kemudian menapaki jenang tujuh warna yang melambangkan perjalanan hidup. Mulai dari jenang hitam atau coklat, hingga jenang ungu, biru, hijau, merah, kuning, dan terakhir putih. Prosesi berlanjut dengan menaiki dan turun dari tangga yang terbuat dari tebu. Hal itu menciptakan momen sakral dalam perjalanan tedak siten.
Tak hanya itu, tedak siten juga mencakup berbagai elemen simbolis, seperti menginjak tanah dan menyapu pijakan tanah, mencuci kaki dengan air kembang setaman, dan memasuki kurungan ayam untuk memilih beragam objek, mulai dari Al-Quran, pensil, hingga mainan. Serangkaian prosesi ini diakhiri dengan siraman dan doa.
IKUTI BOROBUDUR NEWS di GOOGLE NEWS (KLIK DISINI)
Riski Anggun Pratika, orang tua Arvin mengatakan upacara ini tidak hanya menjadi bentuk penghormatan pada tradisi, tetapi juga sebagai usaha melestarikan adat Jawa agar tidak tergerus oleh arus perkembangan zaman.
Selain itu, imbuh Rizki, sebagai orang tua kita berharap anak kami akan tumbuh menjadi individu yang taat kepada orang tua, negara, dan agama, serta sukses dan bahagia dalam menjalani kehidupannya dengan penuh kemandirian
“Adek tadi milih tetescop terus miniatur dokter sama Al Quran. Itu menjadi harapan dan doa kami kedepannya dia bisa menentukan pilihannya. Kalau mau jadi dokter atau hafis Quran ya Alhamdulillah,” ujar Riski.
Secara harfiah ‘Tedak’ berarti turun dan ‘Siten’ diambil dari kata “Siti” yang bermakna tanah. Tedak Siten adalah tradisi yang menyimbolkan kesiapan anak untuk mulai belajar berdiri, berjalan dan tumbuh menjadi dewasa sebagai anak yang mandiri. (*)