Aktivitas Masuk Fase VII Intrusi Magma, Gunung Merapi Berpotensi Erupsi
BNews—JOGJAKARTA— Aktivitas Gunung Merapi memasuki fase intrusi baru atau fase VII yang ditandai terjadinya letusan-letusan eksplosif diiringi kegempaan dalam. Jika tekanan magma kuat, maka erupsi akan dapat berlangsung kembali.
Kondisi terkini tersebut disampaikan Kepala Seksi Gunung Merapi, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso. Ia mengatakan jika saat ini Merapi masuk dalam fase intrusi magma di konduit dalam.
”Jika tekanan magma kuat maka akan terjadi erupsi. Jika tidak, maka intrusi magma akan berperan sebagai sumbatan yang mengakhiri siklus erupsi 2018-2019,” kata Budi dalam webinar mitigasi bencana geologi bertema ’Kabar Merapi Terkini’, baru-baru ini (1/7).
Budi menjelaskan, terjadi perbedaan karakter letusan antara periode 2018, 2019 dan 2020. Jika dilihat dari energi seismiknya, letusan yang terjadi di 2018 energinya kecil dibanding 2019 dan 2020.
”Letusan terbesar terjadi pada 10 Oktober 2019 disusul letusan 12 Februari 2020,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, letusan-letusan sejak 2018 hingga sekarang telah mengubah morfologi/ bentuk kubah lava Merapi. Sebelum September 2019 bentuk kubah lava masih utuh dengan volume kubah (data drone) 468 ribu m3 (meter kubik).
Seiring dengan letusan-letusan yang terjadi, kubah lava tersebut sedikit demi sedikit terbongkar, menjadikan bentuknya tidak utuh dan volumenya jauh berkurang. Data drone terakhir pertanggal 13 Juni 2020 volume kubah 200 ribu m3.
”Volume kubahnya berkurang separuh,” ungkap Budi.
Terang Budi, untuk aktivitas vulkanik Merapi terjadi peningkatan vulkanik dalam sebelum erupsi 21 Juni 2020 kemarin. Kemudian gas vulkaniknya dalam kisaran tinggi yaitu 600 ppm.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (Klik di sini)
Angka ini lebih tinggi dibanding tahun 2019, berkisar 300 ppm. Yang menarik, setelah erupsi 21 Juni kemarin, terjadi deformasi yang cukup signifikan dengan jarak tunjam EDM Babadan memendek 3 sentimeter (0,43 sentimeter perhari).
”Deformasi tersebut terjadi sejak 22 Juni kemarin hingga sekarang. Aktivitas vulkanik Merapi mengalami peningkatan. Ini semua konsisten dengan proses intrusi magma di konduit dalam,” terangnya.
Lebih jauh dirinya memaparkan, terdapat kemiripan antara aktivitas Merapi pascaletusan tahun 2010 dengan 1872 yang ditandai dengan muncul kubah lava baru disusul letusan-letusan eksplosif. Setelah data-data 2010 vs 1872 disandingkan ternyata konsisten, sehingga oleh BPPTKG dijadikan referensi.
”Jika membandingkan pola aktivitas dengan pasca letusan 1872, bisa diprediksi setelah terjadinya ekstrusi magma tahun 2018, kemungkinan besar akan terjadi lagi ekstrusi magma yang lebih besar. Tapi tidak tahu kapan itu terjadi. Semoga memunculkan gejala sebelum ekstrusi magma tersebut terjadi, sehingga bisa diantisipasi,” tutupnya. (han)