Akun Kementrian Sebar Foto Bohong Candi Borobudur
BNews–NASIONAL- Sungguh disayangkan akun official pemasaran Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia dengan nama @indtravel ini. Akun tersebut merepos sebuah foto Candi Borobudur dengan latar belakang sebuah gunung yang sangat indah, namun hoax.
Namun kenyataan di lapangan tidak seperti itu. Gambar gunung tersebut merupakan editan dari orang yang tidak bertanggung jawab, padahal aslinya adalah merupaka sebuah video drone dari akun @jerre_stead.
Dalam gambar Candi Borobudur dari gambaran drone udara itu terlihat sebuah gunung yang tidak diketahui nama gunung tersebut. Bentuknya tidak ada di daerah Magelang, meskipun ada Gunung Merapi, Merbabu dan Sumbing.
Sekilas, foto dari fotografer asing dengan akun @jerre_stead yang diunggah kembali oleh @indtravel itu tampak begitu indah. Hanya saja, tak sedikit warganet yang menyoroti keanehan di balik foto tersebut.
Salah satu yang menyoal keanehan itu adalah videografer bernama Sutiknyo dengan akun @lostpacker. Sebagai salah satu videografer yang pernah bekerjasama dengan @indtravel dahulu, Sutiknyo menyadari kalau ada hal yang aneh di foto tersebut.
“Itu fake banget, gak tahu deh dia izin gak sama yang punya foto,” pungkas Sutiknyo.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
Menurut Sutiknyo, gambar Candi Borobudur dengan latar gunung itu tampak begitu ganjil. Menurutnya, perlu ada proses verifikasi dahulu sebelum memunculkan foto atau konten ke masyarakat. Terlebih @indtravel merupakan akun resmi promosi Kemenparekraf di Instagram.
“Harusnya yang megang ini tahu lah database lokasi wisata indonesia. Kalau dulu sih harus ada approval dulu untuk posting di indonesia.travel dari atasan yang berkompeten. Gak tahu deh sekarang masih ada proses seperti itu gak. Dulu pernah take over akun itu juga harus ada content release dulu agar tak terjadi hal seperti ini,” ujar Sutiknyo.
Terkait proses editing dalam sebuah foto sejatinya diperkenankan selama tidak melewati batas koridornya. Merujuk pada foto Candi Borobudur berlatar gunung yang dianggap warganet tidak nyata, bisa berdampak negatif pada citra pariwisata Indonesia.
“Pastinya lah. Editing foto yang sudah merubah bentuk itu juga dilarang kalau mau ikut lomba foto. Bahkan dalam kode etik jurnalistik juga kalau gak salah dilarang kan? Orang akan kecewa ketika datang dan yang dilihat beda. Mungkin kalau masih sekedar tone yang beda karena waktu datangnya beda sih gak masalah. Editing foto kalau sekedar darkroom edit gak papa, seperti ubah kontras, brightness,” ujar Sutiknyo.
Sesuai dengan kata Sutiknyo, panorama yang berbeda antara di lapangan serta foto media sosial bisa berdampak pada penilaian wisatawan yang datang melihatnya langsung. Nyatanya, tak sedikit turis yang dibuat kecewa akan perbedaan foto yang begitu mencolok. (*/bsn)