Magelang Dilanda Cuaca Panas Ekstrem Beberapa Hari, Ternyata Ini Penyebabnya
BNews—MAGELANG— Masyarakat Magelang dan sekitarnya dalam beberapa hari terakhir merasakan cuaca yang cukup panas. Lebih panas dari kondisi biasanya. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Sleman mengungkapkan, kondisi ini terjadi karena adanya pusat tekanan rendah tertutup di Selat Karimata.
”Hal ini menghalangi pasokan uap air yang datang dari Asia sehingga masa udara yang masuk ke wilayah Magelang dan sekitarnya dari Australia bersifat kering. Akibatnya, dalam beberapa hari terakhir tidak terlihat pertumbuhan awan hujan dan cuaca cerah,” ungkap Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Reni Kraningtyas, Minggu (28/3).
Namun demikian, BMKG memastikan wilayah Magelang dan sekitarnya masih masuk musim hujan karena pancaroba diperkirakan baru terjadi April 2021 mendatang. Pihaknya mengimbau masyarakat tetap waspada.
”Cuaca cerah atau panas hanya akan terjadi dalam beberapa hari ke depan. Potensi cuaca ekstrem masih bisa terjadi lagi di wilayah Magelang dan sekitarnya,” katanya.
Sebagai tambahan, berdasarkan info prakiraan cuaca Magelang dan DIJ dalam beberapa hari terakhir, suhu udara berkisar 23-32 derajat Celsius. Untuk kelembaban udara antara 55-95 persen, arah angin ke Barat Daya dengan kecepatan maksimum 30 kilometer perjam.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta menyatakan, BMKG memprediksi musim kemarau 2021 akan mulai terjadi pada April 2021 di 22,8 persen Zona Musim (ZOM). Yaitu beberapa zona musim di Nusa Tenggara, Bali dan sebagian Jawa.
”BMKG memprediksi peralihan angin Monsun akan terjadi pada akhir Maret 2021 dan setelah itu Monsun Australia akan mulai aktif. Karena itu, musim kemarau 2021 diprediksi mulai terjadi pada April 2021,” jelasnya.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DI SINI)
Menurut Dwikorita, April sampai Mei 2021 merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau (masa pancaroba). ”Meski sejumlah daerah mulai memasuki musim kemarau namun tidak serentak,” ujarnya.
Hasil pemantauan terhadap anomali iklim global menunjukkan kondisi La Nina diprediksi masih akan terus berlangsung hingga Mei 2021 dengan intensitas yang terus melemah. Sedang pemantauan kondisi Indian Ocean Dipole Mode (IOD) diprediksi netral hingga September 2021.
Kedatangan musim kemarau umumnya berkait erat dengan peralihan angin Baratan (Monsun Asia) menjadi angin Timuran (Monsun Australia). ”BMKG memprediksi peralihan angin Monsun akan terjadi pada akhir Maret 2021 dan setelah itu Monsun Australia akan mulai aktif,” lanjutnya. (ifa/han)