Magma Merapi Diprediksi Segera Keluar, Arah Selatan
BNews–JOGJA-– Gunung merapi merupakan salah satu yang teraktif sedunia. Tercatat sudah 14 kali erupsi, sejak 2019 hingga Juni 2020. Letusan pada 21 Juni lalu membuat kubah lava terkikis.
“Letusan terakhir itu juga menyebabkan kubah lava terkikis 19 ribu meter kubik,” ujar Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengamatan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Agus Budi Santoso, pada webinar kemarin (1/7/200).
Ia menjelaskan juga, bahwa letusan pada 21 Juni menghasilkan kolom asap setinggi enam kilometer. Selain itu, abu letusan mencapai radius 30 kilometer di kawasan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Namun, imbuh dia, letusan terbesar terjadi pada 10 Oktober 2019. Dia mengungkap, setiap letusan besar selalu mempengaruhi kondisi kubah lava.
“Kubah lava terus tumbuh sejak berstatus waspada 2018. Volume kubah lava pada hingga September 2019 ada 468.000 meter kubik. Hasil pantauan pada 13 Juni, volume kubah lava 200.000 meter kubik,” ungkapnya.
Agus juga mengungkapkan, letusan yang telah terjadi menunjukkan adanya tujuh fase. Mulai fase intrusi magma, fase intrusi konduit, fase intrusi kantong magma, fase intrusi konduit dangka;, fase ekstrusi pembentukan kubah lava, fase ekstrusi awan panas, dan fase ekstrusi magma di konduit dalam.
“Fase ekstrusi pembentukan kubah lava ini sampai Januari 2020. Sampai akhirnya kubah lava pada posisi dari sekitar 400 ribu meter kubik menjadi 200 ribu meter kubik,” terangnya.
Hasil evaluasi BPPTKG, kata dia, menunjukkan letusan Gunung Merapi terkandung seperti saat menjelang munculnya kubah lava. Selain itu, ada indikasi kemungkinan magma akan keluar.
DOWNLOAD MUSIK (KLIK DISINI)
Di sisi lain, BPPTKG masih memantau bersama jajaran di sejumlah pos pantauan. Setidaknya, ada 74 stasiun pantau dan 140 sistem sensor yang digunakan.
“Kita tinggal menunggu kapan magma keluar, kalau memang kekuatan (letusan) cukup kuat,” tandasnya.
Sementara Hanik Humaida, Kepala BPPTKG yang juga menjadi narasumber dalam webinar kemarin tetap mengimbau masyarakat yang berada di Sleman, Yogyakarta untuk meningkatkan kewaspadaan. Sebab dengan kondisi Merapi saat ini potensi bahaya lebih besar tetap berada di Sleman, tetapnya di Kali Gendol.
“Bukaan lava masih ke gendol, potensi bahaya yang besar masih ke kali gendol,” ujar Hanik.
Hingga saat ini Gunung Merapi masih dalam status waspada yang ditetapkan sejak 21 Mei 2018 atau dua tahun lalu. Sedangkan lerusan Gunung Merapi yang saat ini terjadi adalah tipe eksplosif. (her/wan)